Bermula dari kegiatan para penggemar Radio Camar yang berminat pada kesenian, terbentuklah grup teater tahun 1973. Sempat mati suri selama 33 tahun, Teater Sandradekta yang kala itu diprakarsai oleh Eko dan Joko sebagai ketua dan wakil ketua kembali hadir di dunia pementasan pada pertengahan tahun 2017.
Pada bulan Januari 2020, Eko sebagai sutradara telah menyiapkan pementasan yang bertajuk Seni KONCER ( Seni Keroncong Cerita) mengangkat cerpen yang berjudul ‘Rintrik’ karya H.Danarto (alm).
Namun pada bulan Maret, wabah pandemi virus Covid-19 melanda hampir seluruh kota di Indonesia khususnya Surabaya. Pandemi meluluh-lantahkan semua aktivitas masyarakat. Sekolah, kantor, hingga Taman Budaya Surabaya yang menjadi tempat latihan Teater Sandradekta ditutup untuk sementara waktu.
Sandradekta memutar otak untuk bisa melanjutkan project mereka sebelum pandemi. Namun, karena wabah membuat mereka tidak ada tempat. Joko meminjamkan halaman belakang rumahnya untuk melanjutkan project yang sempat tertunda. Tanpa pikir panjang sutradara mengambil kesempatan dalam kesempitan, mengerahkan waktu dan tenaga dengan alat seadanya. Alunan musik memberi nuansa teater menjadi lebih realistis. Tanpa sadar, latihan berlangsung hingga malam. Hanya dengan satu lampu pencahayaan tidak cukup bagi mereka. Cahaya bulan adalah harapan mereka sebagai cahaya pendukung berlangsungnya latihan.
“Harapan saya marilah kita semua kembali kepada sang Maha Pencipta, karena kalau dia sendiri yg melaksanakan pasti akan dasyat. Ngertia marang sangkan paraning dumadi,” ujar Eko, Ketua Teater Sandradekta.
naskah dan foto : Izaghy Irvanda Ismail Saidin | Himmarfi