Matahari belum tinggi saat Aditya, 10 tahun, warga Wisma Penjaringan Sari, Surabaya, sibuk memetik bunga telang. Dengan cekatan jari-jarinya memasukkan bunga-bunga itu dalam wadah kecil berbahan rotan.
Sesekali membetulkan topi yang dipakai, lalu kembali beraksi. “Seru,” katanya.
Siswa SDN Penjaringan Sari 2 itu mengaku senang bisa memetik telang. Maklum, selama pandemi, ia harus berkutat di sekolah online. Video call, mengerjakan tugas, lalu nge-game dengan ponsel.
“Seneng bisa memetik telang di sini. Kapan-kapan aku mau ngajak teman-temanku ke sini,” katanya sambil berjalan ke halaman. Sejurus, ia memasukkan bunga ‘panen’-nya ke dalam tampah (perabot dari anyaman bambu berbentuk bulat untuk menampi atau membersihkan beras, red).
Di halaman samping kebun telang itu, beberapa tampah berjajar. Bunga hasil panen yang diletakkan di dalamnya masuk dalam tahap pengeringan. Sebelum kemudian diolah menjadi produk kuliner, baik makanan maupun minuman.
Ya, inilah Kampung Telang Penjaringan (KTP), kawasan wisata alternatif yang dikelola secara swadaya oleh warga RT 11 RW IV Wisma Penjaringan Sari, Surabaya.
Sebagai daya tarik, KTP menyuguhkan view kebun bunga telang sekaligus proses pengolahannya hingga menjadi produk bernilai ekonomi.
“Dulu kami menganggap bunga telang sebatas tanaman liar,” kenang Abdul Rachman, Ketua RT 11 WPS, salah satu penggagas KTP. Dari temuan tidak sengaja saat kerja bakti, bunga telang yang tumbuh liar itu ternyata menginspirasi kawasan wisata baru.
Meski belum resmi berdiri, KTP sudah beberapa kali jadi jujukan warga untuk menikmati liburan di masa pandemi. Baik warga di lingkungan rukun tetangga setempat, atau luar RT 11. “Ke depan Kampung Telang Penjaringan akan dikembangkan jadi kawasan wisata alternatif berbasis edukasi. Pengunjung, khususnya anak-anak akan diajak mengenal, memetik, mengolah, dan memilah biji bunga,” jelas Abdul Rachman, Ketua RT 11 WPS.
Mengenali bunga telang, lanjut Rachman, berarti memahami sebuah siklus dan timbal balik antara tanaman dan manusia. Sebuah area yang memiliki lahan hijau luas berpeluang menciptakan paru-paru kota, yang dampaknya jelas terasa bagi seluruh warga.
“Saat menemukan bunga telang ini ada yang bilang, ini punya manfaat bagus buat kesehatan. Lalu kami cari di internet. Dan ternyata benar,” jelas Rachman.
Manfaat yang dimaksud adalah meningkatkan daya ingat, mengatasi gangguan kecemasan, memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk memproteksi sel dalam tubuh, membantu menjaga kualitas kesehatan jantung, hingga mengatasi gejala diabetes.
“Tentu manfaat ini butuh kajian lebih jauh. Tapi dari situ kami mulai berpikir untuk membudidayakan bunga telang. Baik untuk kebutuhan warga di internal RT, kampung, atau yang lain,” jelas Rachman lagi.
Kemudian dibantu warga yang lain, Rachman mencoba mengembangkan gagasan kebun bunga di sekitar balai RT. Kebetulan, di situ ada warga yang memiliki latar belakang teknik sipil, marketing, dan hobiis bunga. “Kami bekerja bareng dengan mimpi sama. Membuat sentra budi daya bunga telang,” tegasnya,
Di sisi lain ia juga meyakini, pengembangan bunga telang ini akan memberi dampak positif untuk lingkungan rukun tetangga. Setidaknya kampung akan lebih indah, hijau, bersih, dan menjadi sumber ekonomi bersama.
Saat RT 11 didaftarkan dalam ajang Surabaya Smart City (SSC) 2020, sebuah gelaran untuk melombakan kampung bersih dan inovatif di Surabaya, warga RT 11 pun makin bersemangat. Hasilnya, kampung ini melaju dalam daftar 500 besar, dan siap melangkah ke 150 daftar kampung terpilih.
“Ada dua RT di RW kami yang didaftarkan. Masing-masing RT 10 dan 11. RT 10 masuk dengan konsep pengelolaan sampah, RT 11 masuk dengan konsep pengembangan lingkungan lewat Kampung Telang Penjaringan. Dua RT ini sekarang masuk 500 besar, menuju 150 besar,” jelas Rachman bangga.
Kini, saat Kampung Telang Penjaringan masuk di fase baru, Rachman berniat untuk merangkul semua RT di lingkungan Wisma Penjaringan Sari. “Meski masih dalam bentuk sederhana, Kampung Telang Penjaringan (KTP) telah tumbuh menjadi kawasan wisata alternatif. Dan ini tidak semata jadi kebanggan RT 11, tapi seluruh warga Wisma Penjaringan Sari.
Diceritakan Rachman, kini di setiap Sabtu dan Minggu pagi, kawasan KTP mulai jadi jujukan warga yang ingin menikmati wisata murah meriah. Pengunjung diajak memetik bunga, memilah biji, hingga menikmati produk kuliner berbahan telang.
“Ibu-ibu di RT kami mencoba mengembangkan produk kuliner baik makanan maupun minuman berbahan telang. Ada kue basah, nasi bakar, dan yang populer minuman telang dalam botol,” jelas Rachman. Minuman dalam kemasan botol itu diramu dari sari bunga telang, madu, dan jeruk lemon.
Beberapa tamu yang datang ke KTP biasanya memborong minuman untuk keluarga di rumah. Maklum, selain rasanya yang segar, minuman berlabel ‘Telas’ ini dipercaya bisa membantu memperkuat sistem imun yang penting di masa pandemi.
“Ke depan kami akan membuka paket wisata edukasi di KTP. Baik untuk warga dalam Wisma Penjaringan Sari, atau yang lain. Termasuk siswa dan anak didik, agar melek lingkungan,” tegas Rachman.