PT Angkasa Pura II (Persero) menawarkan dua paket investasi pengembangan Bandara Internasional Kualanamu, Sumatra Utara, senilai Rp11 triliun. Kedua paket investasi tersebut ditawarkan ke sektor swasta pada ajang “The 4th Asia-Europe Meeting Transport – Transport Minister Meeting (ASEM – TMM)” di Bali pada 26-28 September, dan juga pada seminar “Infestasi di Infrastruktur: Peranan BUMN dan Investasi Asing” yang berlangsung di Jakarta pada 28 September.
Adapun dua paket investasi yang ditawarkan tersebut terdiri dari Paket I senilai Rp7 triliun dan Paket II sekitar Rp4 triliun. Investasi Paket 1 mencakup pengembangan runway sehingga dapat melayani penerbangan pesawat berbadan lebar Airbus 380-800, lalu perluasan area kargo menjadi 24.715 m2 dari saat ini 13.450 m2, kemudian terminal penumpang dari menjadi 224.256 m2 atau saat ini berkapasitas 9 juta penumpang per tahun menjadi 17 juta penumpang per tahun.
Paket 1 ini merupakan bagian dari tahapan pengembangan bandara dari keseluruhan 3 tahap yang direncanakan. Ditargetkan, pengembangan Paket 1 dapat dimulai pada 2018.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, “Melalui Paket investasi ini investor dapat memiliki saham maksimal 49% di perusaahan yang akan berperan sebagai pengelola Bandara Internasional Kualanamu. Sisa saham, atau pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut masih dimiliki oleh AP II.”
Disamping investasi Paket I tersebut, AP II juga menawarkan investasi Paket II senilai Rp4 triliun untuk pengelolaan lahan sekitar 200 hektare guna pengembangan area komersial yang berada di luar terminal penumpang.
Area komersial dibangun berkonsep airport city di mana terdapat hotel bintang 3, 4, dan 5, kemudian hypermarket, gedung perkantoran, theme park, golf course, food arcade, convention centre, rumah sakit, bioskop, dan lain sebagainya.
“Tujuan AP II menawarkan investasi tidak lain agar mendapat sumber pendanaan secara cepat guna melakukan ekspansi sehingga pelayanan di Bandara Internasional Kualanamu dapat semakin meningkat di samping tentunya membuat bandara ini mampu berperan signifikan dalam mendorong perekonomian nasional. Kami juga menggunakan prinsip kehati-hatian atau secara prudent dalam memilih investor dalam kerjasama dalam artian salah satu syarat adalah rekanan tersebut harus memiliki keahlian kelas dunia dalam hal pengelolaan bandara.”
Adapun pada ASEM – TMM, AP II mengikuti dua bilateral meeting untuk lebih detail menawarkan kedua paket investasi tersebut, di mana bilateral meeting dilakukan dengan perwakilan dari Korea Selatan dan Tiongkok.
“Pada ASEM – TMM ini AP II juga membuka booth dengan tema Transportation Infrastructure and Logistic Exhibition sebagai media one on one business meeting dengan investor potensial,” jelas Muhammad Awaluddin.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa pengembangan Bandara Internasional Kualanamu termasuk bagian dari upaya pemerintah dalam meningkatkan sektor logistik dan konektivitas transportasi di Indonesia.
Sementara itu, pada seminar “Investasi di Infrastruktur: Peran BUMN dan Investasi Asing” Menteri BUMN Rini M. Soemarno menuturkan, “Kami memberi ruang besar kepada sektor swasta melalui berbagai kesempatan, karena pemerintah dan BUMN tidak dapat membangun dan membiayai setiap proyek infrastruktur sendiri. Kami memiliki keterbatasan, termasuk dalam pendanaan.”
Bandara Internasional Kualanamu merupakan bandara terbesar kedua yang dikelola AP II, setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pergerakan penumpang di bandara ini meningkat setiap tahunnya hingga kini sekitar 9 juta penumpang per tahun atau mencapai kapasitas bandara. AP II memikiki rencana pengembangan hingga terminal penumpang berkapasitas 42 juta penumpang pada 2027.
Dari sisi keuangan, Bandara Internasional Kualanamu mampu membukukan kinerja cukup baik pada 2016 untuk pendapatan bisnis aeronautika, nonaeronautika dan juga kargo. (sp/dodo)