Kondisi perekonomian RI tak bisa disetarakan dengan Haiti, Siera Lione, dan Rwanda. Mengutip data World Bank tentang kemiskinan maupun tentang GDP/GNI, Indonesia berada jauh dari tiga negara ini.
“Data Non World Bank, yaitu laporan tahunan 2018 dari Indeks Negara Rapuh, lagi-lagi menempatkan RI jauh lebih baik dari ketiga negara tersebut bahkan dari Amerika sekalipun,” jelas Eva Kusuma Sundari, Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan.
Indeks Negara Rapuh (Fragile State Index), lanjutnya, adalah sebuah penilaian (assessment) tahunan terhadap 178 negara yang disusun oleh sebuah lembaga nirlaba Fund for Peace dan Majalah Foreign Policy sejak 2005.
“Keduabelas indikator yang diolah untuk menentukan indeks adalah Security Apparatus, Factionalized Elites, Group Grievance Economic Decline and Property, Uneven Economic Development, Human Flight and Brain Drain, State Legitimacy, Public Services, Human Rights and Rule of Law, Demographic Pressures, Refugees and Internally Displaced Persons dan External Intervention,” papar politisi senior kelahiran Nganjuk, Jawa Timur ini.
Hasil perhitungan indeks, kata Eva, dikelompokkan berdasarkan kategori Kohesi, Ekonomi, Politik dan Sosial. Banyaknya indikator menunjukkan bahwa indeks kerapuhan negara tersebut melibatkan data yang lebih lengkap, luas, dan berbagai sudut pandang sehingga kondisi negara dianalisi lebih mendalam dan detail.
Berdasarkan skor yang diperoleh, suatu negara dapat masuk ke dalam satu dari empat kategori, yakni sustainable, stable, warning, dan alert. Semakin tinggi skor suatu negara, semakin tinggi peringkat kerapuhannya dan berarti semakin rapuh (fragile) negara tersebut.
“Indonesia pada 2018 masuk dalam kategori elevated warning, dengan skor 72,3 dan berada di peringkat 91 dari 178 negara,” tegas perempuan yang menuntaskan S-2 nya di Facultas Ekonomi, University of Nottingham, Inggris ini.
Memasuki 2018, Indonesia ada dalam satu kategori dengan Arab Saudi, Meksiko, Tiongkok, Afrika Selatan dan Thailand. Sedangkan Rwanda ada dalam kategori High Warning, dan Haiti masuk dalam kategori negara High Alert yang sekelompok dengan Irak, Afganistan, dan Sudan.
“Dilihat berdasarkan tren selama satu dasawarsa 2008-2018, Indonesia masuk dalam kategori terbaik, significant improvement, yakni mengalami penurunan skor lebih dari 10 poin,” katanya.
Prestasi ini sejajar dengan yang dialami Jerman, Moldova, Kuba, Belarus dan Turkmenistan. Bahkan prestasi ini di atas Amerika Serikat yang selama periode yang sama mengalami pemburukan. (hendro d. laksono | foto : istimewa)