Roeslan Abdulgani dikenal sebagai salah satu tokoh penting Indonesia yang lahir dan besar di Surabaya. Cak Roes, panggilan akrabnya, juga dikenal sebagai politikus dan negarawan yang telah berkarir sejak masa penjajahan hingga pasca kemerdekaan.
Di antara peninggalannya, sebuah rumah beralamat di Jalan Plampitan 8 No 26-28, Surabaya, dan sekarang dikenal sebagai Waroeng Omah Sejarah Soeroboyo (WOSS).
Saat ini, rumah almarhum ditempati oleh menantu dari adik Cak Roes, Djarod Indraedhi. Ia mengakui, rumah ini seringkali dikunjungi wisatawan. Mulai dari kalangan mahasiswa, turis asing maupun lokal, hingga pencinta sejarah. “Tidak hanya dari dalam negeri, rumah ini pernah dikunjungi turis asing dari Italia, California dan Polandia,” ujar Cak Djarod, begitu akrabnya disapa.
Ia menambahkan, pengunjung yang datang kesini biasanya ingin mengenal lebih jauh sosok Cak Roes serta kisah-kisah perjuangan Indonesia di masa silam, karena memang di rumah ini terdapat banyak buku dan catatan sejarah yang ditinggalkan oleh Cak Roes semasa hidupnya. Cak Roes juga telah menerbitkan beberapa buku di antaranya Mendajung dalam Taufan: Politik Luar Negeri Indonesia (1956-1957), Penggunaan Ilmu Sejarah (1962) dan Nationalism, Revolition, and Guided Democracy in Indonesia (1973), serta buku Seratus Hari di Surabaya sebuah buku yang menceritakan tentang pertempuran 10 November di Surabaya.
Kemudian pada 9 September 2015, Cak Roes berinisiatif untuk membangun WOSS. Dengan begitu, nantinya para pengunjung bisa lebih nyaman dalam belajar sejarah bila berkunjung. Belum lagi, dengan nuansa lama dan aksitektur ala perumahan Belanda kuno dan iringan lagu keroncong semakin menguatkan kesan klasik dari WOSS ini. “Hasil keuntungan WOSS sepenuhnya dipergunakan untuk biaya perawatan rumah cagar budaya ini, karena tidak ada bantuan dari pemerintah. Kalau sudah begitu ya harus mandiri, salah satunya dengan mendirikan WOSS,” terangnya.
naskah : fahmi azis | foto : zulfikar firdaus