Setelah melalui proses seleksi selama empat bulan, akhirnya tim juri Festival Film Pendek Kemaritiman Kemenko Bidang Kemaritiman memutuskan film berjudul “Kalase” menjadi pemenang pertama.
Keputusan ini diumumkan oleh artis Darius Sinathrya dalam Malam Anugerah Budaya Maritim yang dihelat di Plaza Insan Berprestasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta, Selasa malam (5/12/2017). Nur Rizky Hardy, sang sutradara, mengaku sangat gembira dan tidak menyangka bahwa karya timnya yang mengisahkan tentang kehidupan nelayan Pulau Hiri berhasil memenangi festival itu. “Kami sempat berputus asa di tengah jalan karena kendala teknis dan faktor biaya, bahkan saya sampai kejepit perahu pada saat pengambilan gambar, tapi kami akhirnya putuskan bahwa pembuatan film harus tetap berlanjut karena ada amanah dari masyarakat Pulau Hiri dalam cerita itu,” ujarnya usia menerima piala dari Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin.
Dikisahkan di dalam film mereka, kehidupan perekonomian nelayan Pulau Hiri, Maluku Utara, merosot setelah pemerintah melarang penggunaan jaring kalase untuk menangkap ikan. “Kami ingin menjadi penengah antara pemerintah dan nelayan Pulau Hiri, apabila mereka dilarang menggunakan jaring kalase, tolonglah mereka diberikan alternatif alat tangkap lain agar mereka tetap bisa mencari nafkah untuk keluarga,” tambah Nur Rizky dengan mata berkaca-kaca.
Dalam kesempatan itu, Kemenko Bidang Kemaritiman melakukan kolaborasi penyelenggaraan festival film bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan namun dengan segmentasi sedikit berbeda. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan Festival Film Dokumenter untuk kalangan pelajar. Dan, dalam Malam Anugerah Budaya Maritim pada Selasa (5/12/2017), film berjudul “Sewa” yang diproduksi oleh MA Aliyah Nurul Tsaqolain dan SMK Migas Fanyospen terpilih sebagai jawara dalam Festival Film Dokumenter Kemendikbud.
Mendikbud Muhadjir Effendy yang membuka malam Anugerah Budaya Maritim tersebut mengaku bangga dengan karya para sineas muda tersebut. “Saya sangat bangga dengan karya anak-anak kita, karena ini bukan pertama kalinya kita melaksanakan festival serupa, saya yakin dalam jangka panjang apabila mereka diberikan wadah untuk berkarya, mereka akan bisa sukses,” kata dia. Dengan kualitas cerita dan gambar yang dihasilkan oleh para finalis, Muhadjir optimis dimasa mendatang industri perfilman Indonesia akan mampu menempati ranking ke-3 setelah industri film Hollywood di Amerika Serikat dan Bollywood di India.
Namun demikian, sesuai dengan tujuan digagasnya festival film pendek kemaritiman dan festival dokumenter pelajar, yakni untuk melestarikan laut Indonesia, Muhadjir mengingatkan agar para sineas muda tersebut juga ikut aktif terlibat dalam kegiatan pelestarian laut di Indonesia. “Kita memiliki kekayaan laut yang sangat besar, bahkan salah satu yang terbesar di dunia, tapi kalau kita tidak pandai merawat dan menjaganya, kita masih jadikan laut sebagai tempat sampah kita, maka keindahannya akan hancur,” ingatnya serius. Menurutnya, industri pariwisata sangat menjanjikan karena potensi migas Indonesia telah turun.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin mengatakan bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan Festival Film Pendek Kemaritiman ini adalah untuk mempromosikan gerakan budaya bersih dan senyum. Gerakan yang dilakukan bersama dengan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) ini, menurutnya dibuat untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya cinta kebersihan dan keramahan. “Apabila lingkungan bersih, maka sektor pariwisata akan jalan,” lanjut Safri.
Melalui film, tambah dia, akan muncul inspirasi dalam mendukung implementasi kegiatan yang terkait kemaritiman seperti mendukung kegiatan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) dan Gerakan Indonesia Bersih, kegiatan pariwisata bahari, budaya seni dan olahraga, dan kegiatan yang sifatnya sosialisasi dan edukasi.
Terlebih lagi, pemuda Indonesia saat ini sedang keranjingan bermain gawai. Dan, menurut Safri, terlihat dari sekitar 400-an video yang dikirim oleh peserta bahea mereka cukup piawai untuk memproduksi sebuah video . “Kita tinggal menyisipkan konten dan memberi mereka wadah untuk berkreasi,” tuturnya.
Lebih jauh, dalam Malam Anugerah Budaya Maritim itu film berjudul “Indonesia a Maritime Heaven in Equator” yang disutradarai oleh M. Yusuf terpilih sebagai juara ke-2 dan film berjudul “Transplantasi Terumbu Karang yang disutradarai oleh Herman Harsoyo terpilih sebagai juara ke-3. Sementara itu, film berjudul “Pahlawan Konservasi (Hari ini Untuk Esok Nanti)” yang disutradarai oleh Muhammad Kurniawan terpilih sebagai juara favorit yang terpilih berdasarkan jumlah penonton youtube terbanyak.
Malam Anugerah Budaya Maritim dimeriahkan pula oleh pertunjukan musik dari group band D’MASIV, serta alunan merdu suara penyanyi Masayu Paramitha. Asisten Deputi Bidang Budaya Seni dan Olahraga Bahari Kosmas Harefa sebagai pemrakarsa kegiatan ini berharap mampu memberikan wadah apresiasi bagi generasi muda untuk berkarya sekaligus berkontribusi dalam pelestarian kekayaan laut Indonesia. “Saya ingin tahun depan, acara ini dapat diikuti oleh semakin banyak generasi muda Indonesia,” ujarnya yang ditemui sesaat sebelum berlangsungnya Malam Anugerah Budaya Maritim. (sp/dodo | foto : istimewa)