Rekam jejak radio di Indonesia diawali dengan didirikannya Bataviasche Radio Vereniging (BRV) oleh sekumpulan pengusaha Belanda pada 1925, dan diikuti dengan pendirian Nederlands Indische Radio Omroep Maatschapij (NIROM) oleh pemerintahan Belanda pada 1934.
Dengan segmentasi pendengar masyarakat Kolonial, keduanya menyiarkan program berita dan hiburan dalam bahasa Belanda. Karenanya radio-radio swasta dengan siaran program ketimuran akhirnya banyak bermunculan di penjuru Hindia Belanda, untuk mengakomodir kebutuhan orang-orang Arab, Tionghoa maupun pribumi.
Salah satunya adalah Chinesse en Inheemse Radio Luisteraars Vereniging Oost Jawa (CIRVO) di Surabaya yang memutar lagu-lagu keroncong sebagai salah satu andalan programnya.
Memasuki masa kependudukan Jepang, fungsi utama radio beralih sebagai media utama penyebaran propaganda melalui siaran dari Hoso Kanri Kyoku (Pusat Jawatan Radio). Diberlakukannya penyegelan radio amatir, swasta maupun siaran dari luar negeri membuat rakyat berinisiatif membuat pesawat radio yang disamarkan menjadi rumah burung merpati, sehingga disebut radio bekupon, guna menyebar luaskan informasi terkait proklamasi kemerdekaan.
Peran radio bagi perjuangan Indonesia tidak berhenti sampai disitu. Dengan semangat mempertahankan Indonesia merdeka, Bung Tomo bergerilya melalui radio perjuangan yang dikenal dengan julukan Radio Pemberontakan.
Bekerjasama dengan RRI Surabaya, gelora nasionalisme yang disiarkan tiap rabu dan minggu malam berhasil mengobarkan semangat arek Suroboyo untuk berani melawan penjajah
Cerita inilah yang nantinya bisa dinikmati peserta program tematik tur Surabaya Heritage Track (SHT) ‘Surabaya Heritage.FM’, yang diadakan 2 April hingga 2 Mei 2018. Lewat program ini pula masyarakat diajak mendengarkan sejarah dan dinamika radio di kota Surabaya dengan mengunjungi tempat bersejarah terkait. Salah satunya gedung Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya di Jalan Pemuda 82-90 Surabaya dan Radio Bekupon yang terletak di Jalan Kombes Pol M. Duryat.
Tur tematik SHT diselenggarakan pada periode-periode tertentu guna memperkenalkan sejarah kota Surabaya serta berbagai bangunan dan kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Sejak 2010 SHT telah menyelanggarakan 47 tur tematik dan mengunjungi lebih dari 70 bangunan cagar budaya baik museum, institusi pemerintahan dan swasta, tempat peribadatan, monumen, kampung, pasar, perpustakaan, pabrik, dan lain sebagainya.
Hal tersebut juga menginisiasi Heritage Walk dengan nama ‘Klinong-klinong ning Suroboyo’ yang menjadi pengembangan SHT dengan mengajak Trackers untuk secara langsung berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Tur Tematik Surabaya Heritage.FM bisa diikuti pukul 10.00 hingga 11.30 WIB. Berikut beberapa pemberhentian tur ini.
Radio Republik Indonesia (RRI)
Gedung RRI di Surabaya memegang peranan yang sangat vital dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di gedung ini pernah terjadi pertempuran antara tentara Gurkha dan arek Suroboyo pada 28 Oktober 1945. Hal ini bahakan mengakibatkan gedung RRI di bakar oleh arek Suroboyo sebagai perlawanan terhadap sekutu. Untuk mengenang pertempuran yang pernah terjadi di gedung ini, maka dibuatkan tugu yang berada di depan gedung RRI.
Radio Bekupon
Berlokasi di Jalan Kombes Pol M.Duryat, radio bekupon ini menjadi saksi bisu dalam mengobarkan semangat arek Suroboyo ketika melawan sekutu, yang dulunya terdapat di tiap-tiap kampung di Surabaya. Bentuk radio itu sendiri menyerupai kandang burung dara (bekupon). Di masa revolusi, bung tomo menggunakan radio bekupon sebagai pemancar untuk mengkoordinir gerakan massa rakyat. (hendro d. laksono | foto : istimewa)