Dalam kerangka perekonomian rendah karbon, usaha-usaha komoditas berpotensi memberikan manfaat ekonomi yang tinggi bagi perempuan. Ini adalah kesempatan bagi perempuan untuk berkiprah mendukung ekonomi hijau. Untuk mewujudkannya, dukungan bagi kelompok perempuan dibutuhkan, mulai dari dukungan finansial, inovasi teknologi dan industri kreatif, hingga strategi pemasaran yang lebih baik.
Millennium Challenge Account – Indonesia (MCA-Indonesia) mendukung kiprah perempuan dalam pembangunan ekonomi hijau. Melalui hibah yang diberikan melalui Proyek Kemakmuran Hijau, MCA-Indonesia memberikan kesempatan bagi wirausahawan perempuan mengembangkan dan memasarkan komoditas lestari, salah satunya dengan menyelenggarakan Market Development Forum yang digelar hari ini.
Acara ini mengundang para penerima hibah, pelaku bisnis dan wirausaha sosial, investor, pendukung akses finansial, serta lembaga pembangunan lainnya untuk saling berinteraksi.
“Melalui forum strategis ini kami berupaya mempertemukan para wirausahawan perempuan dengan organisasi dan pelaku bisnis lainnya. Sehingga, mereka dapat berjejaring, bertukar pengalaman, mendapatkan ide inovasi dan memperluas pasar,” ujar Senior Advisor MCA-Indonesia, Syahrial Loetan.
“Kami percaya dialog dan kemitraan antar pihak sangat penting guna mendukung dan memasarkan komoditas lestari. Upaya ini akan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi rumah tangga untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi,” ujar Syahrial Loetan.
Acara ini dihadiri oleh Helianti Hilman, yang merupakan pendiri Javara Indigenous Indonesia dan Petty Fatimah, Pemimpin Redaksi Majalah Femina, yang berbagi pandangan mereka tentang strategi pemasaran komoditas lestari dan cara berjejaring untuk memajukan wirausaha dan memberdayakan perempuan petani komoditas lokal Indonesia.
Melalui acara ini, para penerima hibah diberi kesempatan untuk memamerkan produknya, berkonsultasi dengan para pebisnis dan membuka peluang kerjasama. Ini diharapkan memfasilitasi kemitraan dengan investor, pelaku bisnis komoditas, dan penyedia layanan (baik berupa layanan finansial maupun pengembangan pengetahuan, teknologi dan inovasi). Sebab, inilah yang masih menjadi tantangan dari pelaku usaha perempuan berbasis komoditas di daerah.
Seperti yang dinyatakan oleh Citra Kirana dari Yayasan Sekar Kawung, mitra penerima hibah MCA-Indonesia di wilayah Sumba Timur, “Produk tenun kelompok Paluanda Lama Hamu di Sumba Timur dengan pewarna alami memerlukan strategi dan akses pemasaran yang khusus. Bekerja dengan desainer nasional dan membawa serta penenun ke pameran tingkat nasional adalah salah satu cara kami menapakkan karya budaya ini agar memiliki posisi terhormat.”
MCA-Indonesia melalui Kajian Integrasi Sosial dan Gender dalam Proyek Kemakmuran Hijau menyimpulkan perempuan menjadi tulang punggung proses produksi dalam rantai nilai komoditas pertanian maupun kehutanan, terutama untuk hasil hutan bukan kayu.
Para penerima hibah sudah melakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan partisipasi, pengetahuan, akses, dan kendali terhadap pendapatan rumah tangga yang meningkat melalui kegiatan proyek dan kemampuan berorganisasi dan pengelolaan usaha untuk kelompok perempuan. Budaya, komoditas lokal, keanekaragaman hayati dan pemanfaatan energi terbarukan menjadi benang merah kegiatan ekonomi yang dilakukan perempuan dalam proyek MCA-Indonesia.
“Anyaman rotan dari Dayak Basap, pengetahuan turun temurun perempuan di daerah Teluk Sumbang Berau, selama ini masih menjadi produk kerajinan untuk penghasilan rumah tangga di desa terpencil yang belum dialiri listrik. Potensinya akan semakin besar jika listrik dari energi terbarukan bisa dimanfaatkan,” ujar Nita Roshita, dari PT Akuo Energy Indonesia, mewakili perempuan perajin anyaman rotan Dayak Basap di lokasi Proyek Energi Terbarukan di Berau.
Sejauh ini, berdasarkan akumulasi dari jumlah penerima manfaat Proyek Kemakmuran Hijau, sudah ada kurang lebih 26 ribu perempuan yang telah mengikuti berbagai pelatihan baik dalam pengelolaan komoditas lokal yang berkelanjutan, maupun pengelolaan keuangan keluarga dan usaha.
Seperti yang disebutkan oleh Fajhri Misrianti dari Koperasi Serba Usaha (KSU) Karya Mandiri, salah satu mitra penerima hibah MCA-Indonesia dari Lombok Utara, “Kami telah menerima pelatihan untuk mengelola usaha berbasis komoditas. Hasilnya, saat ini kelompok perempuan petani telah mampu menyewa lahan tidur untuk pertanian organik dari keuntungan usaha.”
Ini adalah bekal dan potensi besar bagi kewirausahaan dan peningkatan partisipasi perempuan dalam ekonomi hijau. (sp/shanti w | foto : i;ustrasi)