Sabtu (3/9) sore, kawasan masjid Ampel Surabaya tidak terlalu ramai. Pedagang makanan,pakaian dan buah-buahan yang berada di kiri kanan gang Ampel Denta, Surabaya, menawarkan dagangan mereka dengan suara lantang. Kebanyakan pedagang adalah perempuan dengan aksen Madura. Indonesia Images sore itu bersama Stefano Romano, fotografer Italia, penulis buku ‘Kampungku Indonesia’ singgah di kawasan muslim paling populer di Surabaya usai peluncuran bukunya di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS).
Turun dari mobil, Akang Stef, panggilan akrab Stefano telah menyiapkan kameranya. Matanya berbinar, menyaksikan wajah-wajah pedagang sepanjang gang di kawasan Ampel. “Saya terpesona dengan wajah-wajah mereka, perempuan-perempuan Madura dengan kerudung dan wajah yang tegas,” jelas Stefano bersemangat. Sejak di ujung gang hingga di dekat masjid Ampel, Stefano yang didampingi sang istri asal Jakarta ini tak hanya membidik, namun juga berdialog jenaka dengan para pedagang. Maka jarak budaya dan warna kulit tak lagi layak diperbincangkan dalam momen itu.
Stefano yang mulai memotret secara serius sejak 2009 ini cukup lancar berbahasa Indonesia. Dia sebelumnya memang cukup akrab dengan budaya Indonesia. “Saya terkesan dengan budaya Indonesia saat kerap mendokumentasikan acara KBRI di Roma, Italia,” tutur penyuka ayam goreng kremes yang sebelumnya datang ke Indonesia pada tahun 2010-2011 dan 2014.
Stefano Romano, adalah fotografer asing kesekian kalinya yang dijumpai Indonesia Images, yang konsisten memotret Indonesia, dari sudut pandang personal dan melampaui batas-batas kultural. Mata kanak-kanaknya yang penuh keingintahuan akan hal-hal baru telah membawanya jauh ke Indonesia, merekam keseharian warga kampung di Jawa, yang barangkali bagi kita, orang Indonesia, adalah peristiwa biasa.
“Mungkin foto-foto saya tidak sangat bagus, namun saya pikir kampung dan warga yang ada di dalamnya, suatu hari akan tinggal cerita dengan segala kesederhanaan dan keakrabanya. Foto-foto yang saya buat adalah jejak cerita itu suatu hari,” jelasnya.
foto-foto : eric ireng | indonesiaimages.net