Surabaya memiliki banyak bangunan bersejarah. Sebagian diantaranya, tercatat sebagai cagar budaya. Akar kesejarahan yang kuat, didukung arsitektur yang khas, bangunan-bangunan ini berdiri jadi saksi bisu perjalanan kota yang tahun 2016 ini berusia 723 tahun. Salah satu bangunan itu adalah Kantor Pos Besar Surabaya.
Berdiri megah di Jalan Kebonrojo 10, Surabaya, Kantor Pos Besar didominasi warna putih dan orange. Bangunan ini memiliki aksen yang mendukung ciri gedung era kolonial. Dinding tebal, pilar, hingga langit-langit yang tinggi.
Mengutip keterangan yang tertempel di permukaan pilar depan sisi kanan gedung, Kantor Pos Besar dibangun pada 1880. Setahun kemudian, bangunan ini menjadi kediaman sekaligus Kantor Pemerintahan Kabupaten Surabaya.
Sempat digunakan Hogere Burgeschool (HBS) hingga tahun 1926. Di tempat inilah sejumlah tokoh besar menuntut ilmu. Tahun 1906 hingga 1913 misalnya, HBS jadi tempat belajar Hubertus Johannes van Mook. Lalu 1916 hingga 1923, Soekarno juga bersekolah di tempat yang menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Mengenai bentuk bangunannya yang unik, sejumlah sejarawan menilai, gedung ini sebetulnya lebih mirip dengan stasiun kereta api. Apalagi arsitek yang membidani adalah GPJM Bolsius dari Departemen Burgerlijke Openbare Werken (BOV) Batavia. Nama ini, sebelumnya lebih dinela sebagai arsitek stasiun kereta api.
Keunikan yang paling mencolok adalah bagian atap. Atap sampingnya bertumpuk dua dan di ujungnya agak melengkung.Seolah dibuat terlihat agak gemuk. Namun ini memang sengaja dilakukan untuk mengantisipasi hawa panas kota. Sehingga sirkulasi udara di dalam ruangan menjadi lebih baik dan terasa sejuk.
Memasuki Kemerdekaan RI, gedung ini dialihfungsikan sebagai Kantor Pos Besar (Hoofd Post Kantoor) Surabaya hingga sekarang. Melihat akar kesejarahannya yang sangat kental, kantor pos ini menjadi Bangunan Cagar Budaya sesuai dengan SK Walikota No 188 45/251/402.104/1996, dengan nomor urut 19.
naskah dan foto : zulfikar firdaus