Sepanjang hampir 100 tahun perjalanannya, Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) konsisten memberi perhatian pada penyandang disabilitas.
Menurut Menteri Sosial Tri Rismaharini, 100 tahun bukanlah waktu singkat melayani penyandang disabilitas. “Waktu 100 tahun bukanlah waktu yang singkat dengan segala permasalahan serta hambatan yang dihadapi, namun dapat dilalui dengan baik,” kata Risma saat berkunjung di Gereja HKBP Maranatha, Rawalumbu, Kota Bekasi (27/6/2022) lalu.
Tentu, kehadirannya langsung disambut hangat para pimpinan dan jemaat Gereja HKBP Maranatha. Sebagai bentuk penghormatan, Ephorus HKBP Pdt. DR. Robinson Butarbutar mengalungkan kain ulos kepada Risma. Kain ulos adalah busana khas Indonesia yang tumbuh turun temurun di kalangan masyarakat Batak, Sumatra Utara.
Di hadapan para tokoh dan jemaat gereja, Risma meminta kepada semua pihak untuk meningkatkan kepedulian kepada penyandang disabilitas dan bersama-sama mengembangkan sikap inklusif. Karena bagi Mensos, setiap ciptaan dari Tuhan adalah yang terbaik, termasuk bagi penyandang disabilitas.
Bila hanya diamati secara fisik, penyandang disabilitas memang hanya tampak kekurangan. Namun belum tentu kita yang non disabilitas yang memiliki fisik sempurna, lebih baik dari mereka. “Bisa jadi mereka lebih baik di mata Tuhan,” katanya.
Kunjungan Risma di tengah jemaat HKBP kali ini merupakan yang ketiga kalinya. Sebelumnya, dua kali Mensos hadir di gereja HKBP di Tarutung, Tapanuli Utara. Kehadiran Mensos tidak lepas dari kemitraan kedua pihak terkait pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Dalam kesempatan tersebut, Risma hadir dengan membawa dan menyerahkan bantuan alat dukung penyandang disabilitas berupa kursi roda, tongkat penuntun adaptif, dan sebagainya.
“Kursi roda ini adalah mimpi saya. Dengan alat ini anak-anak cerebral palsy yang biasanya hanya tidur, kini bisa duduk. Dan yang lebih membanggakan, peralatan ini buatan anak-anak penyandang disabilitas sendiri,” katanya.
Tongkat penuntun adaptif dikatakan Mensos Risma tidak punya mata tapi bisa melihat. Kalau menyentuh air, bisa mengeluarkan suara, sehingga penyandang disabilitas terhindar dari air atau banjir. “Tongkat ini dilengkapi GPS, sehingga pemakainya bisa dicari kalau hilang,” katanya.
Dalam kesempatan ini, diserahkan bantuan berupa 5 unit alat bantu dengan nilai Rp 14 juta, kursi roda elektrik 5 unit dengan bernilai Rp 125.150.000, kursi roda adaptif 5 unit Rp 26,5 juta, sepatu ortopedi senilai Rp 15 juta, tongkat netra 2 batang senilai Rp 6 juta, walker 2 unit senilai Rp 800 ribu, kaki dan tangan palsu 1 set Rp 6 juta. Sehingga total bantuan adalah Rp193.450.000.
Bantuan Kemensos disambut baik pihak Gereja. Mereka menilai, kunjungan Mensos ke Gereja HKBP Rawalumbu merupakan bentuk perhatian dan keseriusan dalam merespon permasalahan masyarakat, khususnya penyandang disabilitas.
“Kami jemaat HKBP menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Ibu Mensos. Kehadiran beliau dengan membawa bantuan merupakan bukti kehadiran negara bagi semua kelompok masyarakat,” kata Sekretaris HKBP Distrik XlX Bekasi Pdt Daniel Manurung.
Bagi Daniel, kunjungan Mensos menyapa jemaat HKBP membawa makna tersendiri. Sebelum ke Rawalumbu, Mensos sudah dua kali menyapa jemaat HKBP di Tarutung. “Tarutung merupakan daerah dengan basis masyarakat kurang mampu cukup banyak. Kunjungan Mensos merupakan simbol keseriusan pemerintah menangani kemiskinan,” katanya.
Dengan kunjungan ke HKBP Rawalumbu, menjadi kebanggaan dan penghormatan bagi jemaat gereja. “Tentu kami tidak sekedar menerima bantuan. Kepada gereja di bawah naungan HKPB Distrik XIX, kami tekankan untuk juga memberikan lingkungan yang baik dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas,” katanya.
Ucapan terima kasih dan apresiasi juga disampaikan oleh Tio Arina Batubara (34) ibu dari Stefano Lumban Batu (5) yang kehilangan kakinya. “Dengan bantuan kursi roda, anak saya bisa lebih leluasa bergerak,” kata Tio.