Industri petrokimia menghasilkan berbagai komoditas yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri tekstil, alat rumah tangga, kemasan, hingga komponen otomotif dan produk elektronika.
“Industri petrokimia sama pentingnya seperti industri baja, sebagai mother of industry. Untuk itu, kita perlu menjaga situasi lingkungan dan iklim usaha yang stabil agar proyek ini berhasil terlaksana dengan baik sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian secara keseluruhan,” jelas Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat hadir dalam acara Peletakan Batu Pertama (Ground Breaking) Pembangunan Komplek Petrokimia PT Lotte Chemical Indonesia (PT LCI) di Cilegon, Jumat (7/12/2018).
Menteri Airlangga mengatakan, berdasar karakteristiknya, industri ini bisa dikategorikan sebagai jenis sektor manufaktur yang padat modal, padat teknologi dan lahap energi, sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah untuk langkah pengembangan.
“Di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, telah ditetapkan industri kimia menjadi salah satu sektor yang mendapatkan prioritas pengembangan agar menjadi pionir dalam penerapan revolusi industri 4.0,” jelas Master of Management Technology (MMT), Melbourne Business School University of Melbourne, Australia 1997 ini.
Dengan gambaran ini Kemenperin kemudian mengapresiasi PT Lotte Chemical Indonesia yang telah merealisasikan investasinya membangun komplek petrokimia senilai 3,5 miliar Dollar AS atau sekitar Rp 53 triliun.
Pabrik dengan luas area 100 hektare ini memiliki total kapasitas produksi naphta cracker sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku itu selanjutnya diolah untuk menghasilkan 1 juta ton ethylene, 520 ribu ton propylene, 400 ribu ton polypropylene dan produk turunan lainnya yang juga bernilai tambah tinggi.
Produksi PT Lotte Chemical Indonesia tersebut untuk memenuhi permintaan domestik maupun global. Dalam proyek pembangunan infrastukturnya, diproyeksi menyerap tenaga kerja langsung hingga 1.500 orang dan dengan tenaga kerja tidak langsung bisa mencapai 4.000 orang pada periode 2019-2023.
Menteri Airlangga menyatakan, pihaknya bertekad mendorong percepatan pembangunan komplekpetrokimia tersebut, sehingga mendukung pengurangan impor produk petrokimia minimal 50 persen.
“Kami juga berharap agar proyek ini lebih mengutamakan penggunaan komponen lokal. Termasuk tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam proyek ini, harus lebih diutamakan dari dalam negeri,” tegasnya. (sp/hamid abidin | foto : istimewa)