Indonesia memiliki kekayaan warisan budaya tertulis (warisan dokumenter) yang bermakna sejarah sangat tinggi dan tak ternilai, artistik dan penuh nilai-nilai spiritual. “Warisan dokumenter ini harus dijaga kelestariannya dengan cara-cara yang bijak dan metode yang tepat, serta dilakukan alih media sebagai back up dan penyebaran informasi pada publik dengan menghormati hukum dan etika,” ujar Pelaksana Tugas Kepala LIPI, Bambang Subiyanto.
Mego Pinandito, Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, menambahkan bahwa warisan budaya negeri ini adalah milik rakyat Indonesia dan harus dijaga kelestariannya melalui dukungan politik dan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terkait. “Diharapkan dengan membuka akses seluas-luasnya kepada publik, generasi mendatang akan semakin memahami keunikan aspek sejarah, estetika, dan spiritual bangsanya sehingga membangkitkan kebanggaan mereka sebagai bangsa yang mempunyai jati diri dan bermartabat,” terangnya.
Sementara itu Endang Sri Rusmiyati dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) LIPI, selaku Sekretariat Komite Nasional MOW Indonesia menyoroti tiga warisan dokumenter Indonesia yang telah lolos sebagai MOW. Lihat saja, arsip konservasi Borobudur yang digagas oleh Balai Konservasi Borobudur di bawah Kemendikbud RI. “Pengakuan internasional terhadap arsip konservasi Borobudur mempunyai peranan yang penting bagi pengembangan ilmu konservasi terkini dan dapat digunakan untuk menemukan solusi bagi permasalahan konservasi yang ada,” kata Endang.
Sedangkan, naskah cerita Panji diusulkan oleh Perpustakaan Nasional RI secara joint nomination dengan Malaysia, Kamboja, Belanda dan Inggris. Atas usaha yang tak kenal lelah dari Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro bersama tim Perpustakaan Nasional untuk mendapatkan dukungan dari beberapa negara co-nominator, akhirnya naskah ini berhasil mendapat pengakuan sebagai ingatan dunia.
Sementara itu, arsip tsunami Samudera Hindia diusulkan oleh Arsip Nasional RI secara joint nomination bersama dengan Sri Lanka. Warisan dokumenter ini terdiri atas satu set arsip dalam berbagai media yang mencatat kejadian tsunami Samudera Hindia, tanggap bencana, serta sebagian besar tentang rehabilitasi dan rekonstruksi.
Sebagai informasi, bersamaan dengan rapat pleno Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco (KNIU) pada 11 Desember 2017, akan digelar konferensi pers tentang diterimanya tiga warisan dokumenter Indonesia sebagai ingatan dunia sekaligus penyerahan sertifikat MOW dari UNESCO. Penyerahan sertifikat UNESCO akan disampaikan oleh Deputi Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO kepada pemerintah Indonesia.
“Suatu capaian yang luar biasa bagi Komite Nasional MOW Indonesia yang dimotori oleh LIPI bahwa tiga warisan dokumenter sekaligus telah mendapat pengakuan internasional oleh UNESCO, mengingat tiap negara setiap dua tahun hanya boleh mengusulkan dua warisan dokumenter saja secara tunggal,” tutup Endang. (sp/dodo w | foto : istimewa)