Kementerian Perindustrian memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Furniture dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Selain untuk menyelenggarakan pendidikan vokasi yang bertujuan menghasilkan para lulusan berkompetensi dan siap kerja, politeknik ini juga dirancang menjadi pusat inovasi teknologi dan pengembangan produk industri furniture dan pengolahan kayu di dalam negeri.
“Politeknik Industri Furniture sebagai salah satu best practice dari pelaksanaan pendidikan vokasi tingkat tinggi yang kami inisiasi melalui konsep link and match antara dunia akademisi dengan industri,” kata Sekjen Kementerian Perindustrian Haris Munandar pada acara Pemancangan Tiang Pertama Pembangunan Politeknik Industri Furniture dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, Selasa (10/10).
Menurut Haris, sejak awal perencanaan pembangunan politeknik ini, Kemenperin bersama para pelaku industri dan pemangku kepentingan terkait telah merancang berbagai kebutuhan yang diperlukan seperti penyusunan kurikulum dan pemilihan tenaga pengajar. “Di sini juga akan menyediakan layanan proses produksi dan pengujian serta pengembangan riset-riset terapan, sehingga benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh dunia usaha,” tuturnya.
Haris menambahkan, sistem pembelajaran yang diterapkan di politeknik ini akan terintegrasi antara pendidikan di kampus dengan praktik kerja di industri atau dikenal dengan sebutan dual system. Untuk pengembangan pendidikan vokasi industri berbasis sistem ganda tersebut, Kemenperin menjalin kerja sama dengan pemerintah Swiss.
“Langkah sinergi yang telah disepakati, antara lain technical assistance dalam pengembangan sistem pendidikan vokasi, school management, peningkatan kapabilitas SDM manajemen dan tenaga pendidik, serta dukungan penguatan kerja sama politeknik dengan industri,” paparnya.
Meskipun saat ini program studi yang dikembangkan di Politeknik Industri Furniture masih terfokus pada bidang industri mebel dan pengolahan kayu, tidak menutup kemungkinan akan diperluas program studi baru sesuai kebutuhan sektor industri di Kawasan Industri Kendal dan sekitarnya. “Kami berharap, politeknik ini mampu memacu daya saing Kawasan Industri Kendal dan industri di dalamnya, serta mendorong peningkatan ekonomi di Kabupaten Kendal dan Provinsi Jawa Tengah,” tegas Haris.
Sekjen Kemenperin menargetkan pembangunan gedung Politeknik Industri Furniture akan selesai pada tahun depan sehingga dapat memulai penyelenggaraan pendidikan angkatan pertama. “Kami juga berharap, pembangunan gedung ini dapat dilaksanakan dan diselesaikan tepat waktu sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Kami pun meminta semua pihak yang terlibat dapat melakukan pengawasan terhadap proses yang berjalan agar tidak ada permasalahan di kemudian hari,” tuturnya.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kemenperin Mujiyono menyampaikan, program studi yang diterapkan di Politeknik Industri Furniture meliputi Teknik Produksi Furniture, Desain Furniture, dan Manajemen Bisnis Furniture. “Perkuliahannya tidak akan dipungut biaya selama lima tahun, bahkan para mahasiswa mendapatkan beasiswa dan ikatan kerja,” ungkapnya.
Guna mendukung proses pembelajaran berkualitas baik, politeknik yang dibangun di atas lahan dua hektare dengan luas gedung 4.800 m2 yang terdiri dari empat lantai ini akan dilengkapi beberapa fasilitas penunjang seperti ruang kelas, ruang workshop, showroom, dan laboratorium pengujian. ”Semoga dengan adanya politeknik ini, industri furniture nasional akan lebih berdaya saing di tingkat global sekaligus memperluas pasar ekspor,” tuturnya.
Kemenperin mencatat, penyerapan tenaga kerja di industri furniture sebanyak 101.346 orang pada tahun 2016 dan diproyeksi akan mencapai 202.692 orang tahun 2018. Industri furniture ini termasuk sektor padat karya berorientasi ekspor, yang tengah diprioritaskan pengembangannya agar terus memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Pada tahun 2016, nilai ekspor furniture nasional sebesar USD1,7 miliar dengan sumbangan dari Jawa Tengah sekitar USD0,98 miliar atau 57 persen. Dalam dua tahun ke depan, ekspor furniture nasional ditargetkan mencapai USD5 miliar dengan kontribusi dari Jawa Tengah sebesar USD2,9 miliar. Tujuan utama ekspor furniture Indonesia ke depan adalah pasar Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.
Menarik investasi
Pada kesempatan tersebut, Sekjen Kemenperin juga mengungkapkan, pembangunan Politeknik Industri Furniture ini mampu menjadi daya tarik bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Kawasan Industri Kendal dan sekitarnya. Hal ini menjadi salah satu upaya strategis untuk penguatan daya saing kawasan industri melalui peningkatan kapasitas tenaga kerja.
“Oleh karena itu, Bapak Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto telah menetapkan kebijakan untuk memfasilitasi pembangunan politeknik atau akademi komunitas di setiap kawasan industri atau Wilayah Pusat pertumbuhan Industri (WPPI),” ujarnya.
Haris menyebutkan, hingga saat ini pelaksanaan pendidikan vokasi industri tingkat tinggi yang diinisiasi oleh Kemenperin, telah diterapkan di Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Solo serta Politeknik Industri Logam di Morowali. “Kami juga telah mendapat izin penyelenggaraan pendidikan vokasi Akademi Komunitas Industri Manufaktur di Bantaeng,” imbuhnya.
Selain mendukung investasi di kawasan industri, menurut Haris, pembangunan politeknik atau akademi komunitas diyakini pula mampu memberdayakan masyarakat setempat agar memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri saat ini dan dapat siap bekerja di perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan industri tersebut. “Kebutuhan SDM yang kompeten adalah sebuah faktor penting dalam mendorong pertumbuhan industri serta pengembangan teknologi dan investasi,” jelasnya.
Kemudian, Haris menyatakan, Kawasan Industri Kendal merupakan salah satu kawasan industri yang diprioritaskan pengembangannya sesuai kesepakatan antara Presiden RI Joko Widodo dengan PM Singapura Lee Hsien Loong pada Leader’s Retreat dalam rangkaian kegiatan acara peresmian Kawasan Industri Kendal, 14 November 2016.
Sebagai tindak lanjut komitmen tersebut, dalam momen peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik RI-Singapura yang telah dilaksanakan pada 7 September 2017 di Singapura, kedua pimpinan negara kembali menyepakati beberapa hal, di antaranya terkait dengan pengembangan kawasan industri dan pendidikan vokasi.
Misalnya, RI-Singapura akan bersinergi dalam pengembangan kawasan industri di daerah lain di Indonesia, seperti di Kalimantan Utara (Tanah Kuning), Sumatera Utara (Kuala Tanjung) dan Sulawesi Utara (Bitung). Di samping itu juga disepakati kerja sama tentang penyediaan tenaga kerja terampil untuk memenuhi kebutuhan di kawasan industri melalui pendidikan dan pelatihan vokasi, salah satunya diimplementasi pada proyek pembangunan Politeknik Industri Furniture dan Pengolahan Kayu.
Sebelumnya, Menteri Airlangga menyampaikan, realisasi nilai investasi di Kawasan Industri Kendal sampai Agustus 2017 telah mencapai Rp4,7 triliun dengan 34 investor yang berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, China dan Jepang dengan menyerap 5.000 tenaga kerja. Kawasan ini ditargetkan akan menyerap potensi investasi hingga Rp200 triliun dan tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang.
Menperin juga menegaskan, Singapura merupakan mitra strategis dan investor terbesar di Indonesia. Pada 2016 lalu, nilai investasi dari Negeri Singa ini tercatat mencapai USD9,2 miliar atau di atas Jepang dan Tiongkok. Dengan memiliki 5.874 proyek, investasi Singapura menciptakan pembukaan lapangan kerja baru sebanyak 126.293 orang. (sp/dodo is/foto : ilustrasi)