Bendera merah putih biru berkibar di Hotel Yamato. Dari sisi barat, derap langkah berbaur teriakan massa terdengar. Dari perlahan, lalu makin kencang. “Londho teko maneh, Londho njajah maneh (Belanda datang lagi, Belanda menjajah lagi, red)!” teriak mereka sambil mengepalkan tangan ke atas.
Wajah mereka nampak marah. Bambu runcing dan senjata ala kadarnya digenggam erat. Peluh mengalir, debu mengepul.
Lalu beberapa orang berjalan, mendekati hotel. Berbekal tangga, mereka menaiki Hotel Yamato, lalu merobek bendera tiga warna. Massapun makin riuh.
Fragmen bersejarah yang digelar Senin (19/9/2016) pagi ini adalah rekonstruksi teatrikal ‘Surabaya Merah Putih’. Selain melibatkan sejumlah pegiat budaya Surabaya, rekonstruksi sejarah yang digelar tiap tahun ini juga melibatkan pelajar, anggota Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kota Surabaya, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Surabaya, Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Cabang Surabaya dan masyarakat Kota Surabaya lainnya.
Masyarakat yang terlibat, sebagian besar datang atas inisiatif pribadi. Tak main-main, mereka datang dengan mengenakan busana khas Surabaya 1945. Sebagian lagi datang untuk menonton. “Saya datang sejak pukul setengah tujuh pagi tadi,” kata David, warga Pumpungan, Surabaya.
Selain ingin memperingati salah satu momen bersejarah di Surabaya, pria yang kini aktif bekerja di sebuah bank ini juga ingin memotret Surabaya Merah Putih. “Sudah tiga tahun berturut-turut datang dan melihat ini,” katanya sambil tersenyum.
naskah dan foto : pandu pratama
FOTO SELENGKAPNYA KLIK GALLERY