Menjaga sebuah ikon kota seperti Kebun Binatang Surabaya (KBS) sampai seratus tahun tentu bukan pekerjaan mudah. Tapi, tetap menjadikan ikon ini sebagai sebuah warisan akan lebih sulit lagi. “Saya berharap KBS tetap akan menjadi ikon kota ini sampai dunia ini kiamat,” harap Arif Afandi, mantan Wakil Walikota Surabaya.
Namun, lanjutnya, hal itu tidak gampang. Sebab, harus selalu ada inovasi baru terhadap KBS yang kini sepenuhnya sudah dikelola Pemkot Surabaya ini.
Lebih jauh pria yang kini aktif sebagai Pimpinan Umum Majalah NU Aula ini menjelaskan, saat didirikan seratus tahun lalu, KBS pasti menjadi sesuatu yang sangat istimewa di kota ini. Ia menjadi tempat konservasi sekaligus tempat wisata yang tidak ada tandingnya. KBS juga menjadi ikon utama yang tak tertandingi pada saat itu.
“Ketika saya kecil pun, KBS menjadi jujugan utama untuk wisata dari warga di Jatim. Kalau wisata ke Surabaya, saat itu, tidak ada tujuan lain selain KBS. Ia menjadi destinasi wisata, baik kalangan anak-anak sampai dewasa. Juga kalangan berpunya sampai dengan yang tidak,” terang Arif.
Bisakah KBS tetap menjadi ikon kota Surabaya ke depan? “Sebagai wahana konservasi, mungkin masih akan mampu. Tapi sebagai wahana tujuan wisata, ia harus bersaing dengan wahana wisata lainnya yang lebih modern dan baru,” tegasnya.
KBS, kata Arif, harus bersaing dengan destinasi wisata lain yang lebih menarik. “Kunci untuk bertahan sebagai destinasi wisata harus selalu ada wahana baru. Keterbatasan lahan KBS tampaknya sudah sangat sulit untuk menambah wahana baru. Apalagi harus berhimpit dengan fungsi konservasi dengan jumlah binatang yang semakin banyak,” papar Arif.
Kalau ingin bertahan sebagai tempat konservasi maupun wisata yang ikonik, mau tidak mau harus ada perluasan. Paling tidak ada lahan di tempat lain di Surabaya untuk konservasi. “Juga butuh tangan kreatif dan investasi besar lagi untuk bisa bertahan menjadi ikon wisata kota ini di masa depan,” pungkasnya.
foto : mamuk ismuntoro | indonesiaimages.net