Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei, merupakan salah satu momen besar bagi bangsa Indonesia. Hari bersejarah ini ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo sebagai awal berdirinya pergerakan nasional. Salah satu tokoh yang berperan penting ialah Dr Soetomo. Bersama rekan-rekannya, ia membangun Boedi Oetomo tepatnya pada 20 Mei 1908. Hingga kini, Dr Soetomo dihormati sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Salah satu saksi bisu momen penting ini adalah Gedung Nasional Indonesia (GNI). Bertempat di Jalan Bubutan 87, tempat bersejarah ini berdiri pada tahun 1934. Seperti yang tertera di prasasti pada gedung GNI. Bangunan ini adalah tempat pusat pergerakan nasional Partai Indonesia Raya (Parindra) dibawah pimpinan dr. Soetomo, tempat pembentukan Komisi Nasional Indonesia (KNI) dan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Propinsi Jawa Timur, Karesidenan dan Kota Surabaya, serta pembentukan Pemuda Putri Republik Indonesia (PPRI) dan salah satu lokasi terjadinya pertempuran 10 November 1945 antara Arek-arek Suroboyo dan tentara Sekutu.
Sayangnya banyak masyarakat Surabaya khusunya, belum mengetahui hal ini dan asing dengan GNI sendiri. Memang sekilas dari luar terlihat seperti kompleks bangunan yang depannya ditutupi pagar setinggi orang dewasa. Patung Dr Soetomo berdiri tegak di bagian tengah taman depan. Kemudian bangunan yang paling depan adalah ruang pendopo, yang saat itu difungsikan sebagai ruang persidangan, rapat umum hingga pertunjukan ludruk.
Di sisi kanan dan kiri komplek terdapat pavilium yang sebelumnya pernah digunakan sebagai markas arek-arek Surabaya pada masa penjajahan. Dibangun oleh para pemuda-pemuda Indonesia (Jong Sumatra, Jong Java, Jong Celebes dan lain sebagainya). Pada tanggal 29 November 1945, berlangsung pertempuran dan pavilium yang kanan terkena serangan mortir. Hingga saat ini, pengunjung masih bisa dengan jelas melihat bekas serangannya karena memang sengaja dijadikan sebagai bukit penjajahan kala itu. Adapun pavilium sebelah kiri sekarang difungsikan sebagai tempat Sekolah STM Bubutan dan kantor majalah mingguan Panjebar Semangat.
Masuk lebih ke dalam, para pengunjung dapat menemukan tempat peristirahatan terakhir Dr Soetomo. Ia meninggal pada 30 Mei 1938. Hampir setiap tahunnya tepat pada 20 Mei, diadakan acara tabur bunga makam pada makam pahlawan itu. Seperti tahun 2016 ini, juga akan didatangi langsung Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
“Di Surabaya hanya ada tiga pahlawan nasional. Yakni Dr Soetomo, WR Supratman dan Bung Tomo. Alangkah baiknya, masyarakat Surabaya tahu, bangga dan kenal dengan sejarahnya,” ujar Habimono, putra dari adik Dr Soetomo yang terakhir, RA Siti Soendari.
naskah : fahmi azis | foto : dok eastjavatraveler.com