Surabaya (indonesiaimages.net) – Kya-Kya Surabaya, yang terletak di kawasan Pecinan Kembang Jepun, telah menjadi ikon wisata malam yang menarik bagi warga Surabaya dan wisatawan. Kawasan ini dulunya dikenal sebagai pasar malam yang ramai, menjual berbagai makanan khas Tionghoa, Surabaya, dan lainnya.
Nama Kya-Kya sendiri berasal dari dialek bahasa Tionghoa yang berarti jalan-jalan. Kini, Kya-Kya Surabaya menjelma menjadi destinasi wisata yang memadukan kuliner, budaya, dan sejarah.
Sejarah Panjang Kembang Jepun
Kembang Jepun memiliki sejarah panjang yang tak terpisahkan dari perkembangan Kota Surabaya. Sejak zaman Sriwijaya, kawasan ini telah menjadi tempat tinggal bagi berbagai bangsa, termasuk pedagang asing yang singgah di Surabaya.

Pada masa kolonial Belanda, kawasan ini dinamakan Handelstraat (jalan perdagangan) dan menjadi pusat bisnis yang dinamis. Nama Kembang Jepun sendiri populer pada era pendudukan Jepang, ketika banyak serdadu Jepang berinteraksi dengan penduduk setempat.
Kawasan ini sempat mengalami pasang surut. Pada era 2000-an, upaya Pemerintah Kota Surabaya untuk menjadikan Kembang Jepun seperti Malioboro di Yogyakarta sempat gagal karena kurangnya dukungan dari pedagang kaki lima dan masyarakat. Akibatnya, kawasan ini menjadi sepi dan rawan kejahatan di malam hari.
Lahirnya Kya-Kya Surabaya
Melihat potensi dan sejarahnya, Pemerintah Kota Surabaya bersama berbagai pihak berkomitmen untuk menghidupkan kembali Kembang Jepun.
Dalam waktu singkat, studi dan perencanaan dilakukan, termasuk studi lapangan, diskusi dengan warga, dan studi banding ke Chinatown Singapura. Hasilnya, pada 31 Mei 2003, Kya-Kya Surabaya resmi dibuka, bertepatan dengan hari ulang tahun Kota Surabaya.

Kya-Kya dirancang sebagai kawasan wisata sepanjang 730 meter dengan lebar 20 meter, menampung 200 pedagang, 2.000 kursi, dan 500 meja makan.
Desainnya memperhatikan aspek keamanan, kebersihan, dan budaya lokal, termasuk arsitektur Tionghoa yang khas. Berbagai acara budaya seperti festival Barongsai, musik keroncong, dan tari Ngremo Bocah turut memeriahkan kawasan ini.
Optimalisasi Wisata Kya-Kya Kembang Jepun
Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya mengoptimalkan daya tarik Kya-Kya. Salah satunya dengan memasang papan nama toko berbahasa Mandarin dan Indonesia di sepanjang Jalan Kembang Jepun. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat nuansa Chinatown dan menarik lebih banyak wisatawan.

Selain itu, beberapa spot foto seperti Mural Kya-Kya dan Mural Becak Wisata menjadi daya tarik tersendiri. Kawasan ini juga menawarkan wisata sejarah dengan berbagai bangunan kuno, seperti Gedung Kantor Media Radar Surabaya, Klenteng Hok An Kiong, dan Rumah Abu The.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Kya-Kya Surabaya diharapkan menjadi destinasi wisata yang semakin diminati.
Selain menawarkan kuliner khas, kawasan ini juga menjadi tempat untuk mengenal sejarah dan budaya Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen untuk terus mengembangkan Kya-Kya sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan budaya dan sejarah kota. (tia)