Di bawah pohon besar yang rindang, mereka, tiga lelaki yang kini sudah berusia hampir 60 tahun, bercanda riang. Mengingat apa yang terjadi saat sekolah, disusul tawa lepas dan batuk ringan.
“Pohon ini ada penunggunya. Siapa ya, yang dulu pernah kesurupan di sini,” tanya salah satu dari mereka. Lelaki di sebelahnya langsung serius mendengar. Tangannya langsung menyimpan telepon genggam yang tadi sempat dinikmati di balik kacamata tebal.
“Iya, dulu aku juga pernah dengar,” katanya. Untuk beberap saat mereka mengawasi dua pohon besar yang berdiri di belakang Museum Pendidikan, bangunan yang dulunya dikenal sebagai Sekolah Taman Siswa.
Diam sesaat, mereka kemudian tertawa lepas. Salah satunya mengeluarkan umpatan khas Surabaya, “Tak pikir temenan (saya pikir beneran, red),” katanya.
Pada indonesiaimages.net, tiga lelaki ini mengaku sedang berkumpul untuk reuni kecil. Rencananya ada 20-an alumni Sekolah Taman Siswa yang hadir.
Sekolah ini, kata mereka, meninggalkan jejak ingatan masa muda yang sangat menyenangkan. Kisah tentang guru galak, bolos sekolah, hingga kisah cinta yang kandas di tengah perjalanan.
Puluhan tahun kemudian, ingatan itu melebur dalam ikon Kota Surabaya yang baru diresmikan bersamaan dengan Hari Guru, 25 November 2019 lalu. Saat itu Museum Pendidikan diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Museum yang berdiri di Jalan Genteng Kali 10, Surabaya ini menyuguhkan banyak koleksi menarik yang berhubungan dengan dunia pendidikan dari masa ke masa. Mulai dari buku, piala, alat peraga pendidikan, dan diorama yang menggambarkan proses pendidikan di masa lalu.
Total koleksi yang tersimpan di museum berluas 1.452 meter persegi ini mencapai 860. Selain koleksi dari berbagai peninggalan masa lampau hingga sekarang ini, Museum Pendidikan juga menyuguhkan pesona bangunan megah dengan arsitektur kuno.
naskah dan foto : hendro d. laksono