Pemerintah Indonesia terus memberikan perhatian besar terhadap upaya konservasi sumber daya hayati. Baik secara in-situ (di habitat alaminya, red) maupun ex-situ (di luar habitat alami, red).
Keluarnya Peraturan Presiden No. 93 Tahun 2011 tentang Kebun Raya menjadi titik tolak penting dalam pembangunan kawasan konservasi ex-situ untuk pelestarian berbagai jenis flora endemik Indonesia.
Sebagai upaya perlindungan keanekaragaman hayati, terutama berbagai jenis tumbuhan pulau-pulau kecil Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Pemerintah Kota Batam meresmikan Kebun Raya Batam, Sabtu 22 Desember 2018 di Batam.
Selain sebagai wahana konservasi kekayaan flora, hadirnya Kebun Raya Batam merupakan salah satu upaya untuk mengurangi efek pemanasan global dan perubahan iklim serta sekaligus menjalankan fungsi s jasa lingkungan sebagai penghasil oksige di Kota Batam.
“Kebun Raya Batam juga akan menjalankan fungsi sebagai tempat pendidikan lingkungan, penelitian dan tentunya akan menjadi obyek wisata baru di Batam,” terang Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI.
Kebun Raya Batam, jelas Enny, sudah memenuhi kriteria untuk diresmikan kepada publik yakni lahan memiliki kekuatan hukum tetap, memiliki lembaga pengelola, komitmen tinggi pemerintah daerah dalam pembangunan kebun raya, menjalankan lima fungsi kebun raya Peraturan Presiden No. 93 Tahun 2011 tentang Kebun Raya, serta memiliki infrastruktur pendukung yang memadai.
“Beberapa fasilitas yang telah tersedia di Kebun Raya Batam antara lain kantor pengelola, pintu gerbang, jalan aspal, embung, pembibitan, rumah kaca dan dua taman tematik,” jelas Enny.
Berlokasi di Jalan Hang Lekiu, Nongsa, Batam, saat ini Kebun Raya Batam mempunyai koleksi sebanyak 2.472 bibit yang terdiri atas 28 famili, 140 genus, 193 jenis, dan 824 spesies.
Koleksi khas Kebun Raya Batam antara lain anggrek raksasa (Grammatophyllum speciosum), gaharu (Aquilaria hirta), dan bintangur (Calophyllum spp.) serta beragam jenis kantong semar (Nepenthes).
“Tumbuhan yang menjadi icon Kebun Raya Batam adalah nibung (Oncosperma tigillarium) yang merupakan tumbuhan merupakan palem-paleman liar, tumbuh berumpun sebagai simbol persaudaraan,” jelas Enny.
Dijelaskan pula, momentum peresmian Kebun Raya bukanlah akhir dari perjalanan pembangunan Kebun Raya Batam.
“Momen ini adalah langkah awal tahap pengelolaan sebuah kebun raya. Ingatlah membangun kebun raya ini adalah investasi jangka panjang,” ujarnya. Ia mengatakan, anak cucu kita yang nantinya akan menikmati hasilnya.
“Para perintis dan para pejuang pembangunan Kebun Raya Batam ini akan tetap dikenang dan abadi, tidak akan lapuk tertelan zaman,” pungkasnya. (rizki dwi putra | foto : dok lipi)