Semburan Fitnah atau firehose of falsehood adalah realitas dunia saat ini yang menjadi keprihatinan umum. Opsus ini dikenal sebagai Operasi Rusia karena dipraktekkan Rusia sejak 1870, 1970 dan kemudian 2012-2017 dalam krisis Crimea, konflik Ukraina, dan perang sipil di Suriah.
“Merusak, tapi sangat efektif untuk memenangkan pemilu sehingga menjadi strategi favorit para capres tanpa visis dan misi jelas, atau otoritarian,” jelas Eva K. Sundari, politisi PDI Perjuangan.
Kampanye negatif ini, kata Eva, disebar dengan ofensif melalui narasi-narasi hypnowriting yaitu sebuah teknik penulisan secara hipnotic yang menyasar croc brain manusia, dimana security atau insecurity feeling berada dan diputuskan.
“Mereka mendesain narasi dan gambar yang disisipi pesan subliminal, yakni ‘pesan tersembunyi’. Dampaknya, masyarakat seketika bagai kena brainwash dan akan spontan mereaksi pesan tersebut, melupakan pikiran kritis dan logika,” tambahnya.
Operasi Semburan Fitnah ini, lanjut Eva, merusak akal, merusak demokrasi karena dusta mengalahkan kebenaran dan menghancurkan kepercayaan publik ke otoritas politik, termasuk media.
“Hal demikian sudah melanda Eropa, Rusia, Brasil dan Amerika. Trump memakai Konsultan Cambridge Analytica, sehingga dunia harus menetapkan Semburan Fitnah sebagai ancaman dunia setara dengan terorisme, baik daya rusa maupun TSM nya secara global. Baik industri, konsultannya diduga tetap,” jelas peraih gelar S-2 Economics and Development Economics, Faculty of Ekonomics, University of Nottingham ini.
Eva menilai, masyarakat dan pemerintahan demokratis di dunia harus bersatu melawan Operasi Semburan Fitnah yang memicu konflik dan kekerasan baik simbolik maupun fisik.
“Beberapa platform, seperti WA dan Facebook, dan gerakan sipil di Indonesia sudah memberikan perlawanan dengan menelanjangi operasi ini dan melakukan intervensi media untuk mematikan taktik yang dipakai,” tandasnya.
Untuk itu Eva berharap, Indonesia dan Rusia sebaiknya bersama-sama mengangkat isu ini ke dalam Sidang Umum PBB maupun di forum-forum PBB lainnya agar dapat menjadi agenda resmi dalam persidangan di berbagai level di PBB.
“Harus ada pencegahan global terhadap peluang munculnya rejim fasis dan diktaktor sebagaimana Hitler dan NAZI atau Jendral Franco yang menyulut Perang DUnia II akibat Penggunaan Operasi Sebaran Fitnah juga,” harapnya.
Presiden Jokowi dan Putin seharusnya bersama-sama menyelamatkan dunia dari konflik dan perang akibat industri hasutan. Upaya memajukan kesejahteraan umum membutuhkan perdamaian dan demokrasi. Jokowi terbukti lebih punya komitmen jelas untuk menghentikan Semburan Fitnah dan Dusta sekaligus menciptakan perdamaian dunia.