Perhelatan Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2016 makin mengukuhkan dirinya sebagai ajang seni rupa yang sangat berpengaruh. Lihat saja, sejak registrasi dibuka awal Mei 2016 lalu, booth terjual habis. Para pelukis dari berbagai daerah di Indonesia berebut untuk turut serta. Harga Rp 1,9 juta per stan atau naik Rp 200 ribu dibanding tahun lalu, dinilai pantas karena dampaknya yang signifikan.
“Pelaksanaan Pasar Seni Lukis Indonesia dari waktu ke waktu selalu mengundang kekaguman. Baik pelaksanaannya, maupun karya-karya yang disajikan,” aku Taufiq Kamajaya, pelukis dan pemerhati seni rupa Indonesia dari Madiun. Pria yang selalu datang di sembilan kali pelaksanaan PSLI ini mengaku, inilah ajang seni lukis terbaik yang pernah ada.
Memang, lanjutnya, ada acara-acara serupa seperti di Jakarta, Yogyakarta, ataupun Bali. Namun belum ada yang mampu menyodorkan kekayaan warna seperti yang ada di PSLI. “Yang lebih penting lagi, ajang ini terbuka untuk siapa saja, untuk siapa saja,” tegasnya.
Taufiq mencermati, dari sisi aliran lukisan, teknik, media yang digunakan, mengarah pada keragaman yang kaya. “Ini bukan era akrilik atau cat minyak saja. Cat air juga digunakan. Bagi beberapa orang, ini medium yang sudah lama ditinggalkan. Kini muncul lagi. dan hasilnya bagus,” terangnya bersemangat.
Ide menambah acara melukis di lokasi yang dilakukan secara berkelompok juga layak dipuji. “Ini bukan ide baru. Tapi dulu dilakukan secara personal, sekarang tidak. Tiap pelukis bisa belajar dari situasi yang ada, juga dari pelukis yang lain. Ini semangat yang membanggakan,” pungkasnya.
naskah dan foto : hendro d. laksono