Tak banyak yang tahu, Benteng Kedung Cowek, Surabaya, pernah menjadi saksi pertempuran hebat 71 tahun silam. Di benteng yang berdiri di sisi timur Jembatan Suramadu ini, sempat terjadi pertempuran artileri melawan kapal perang Inggris. Akibatnya, sekitar 200 pejuang Sriwijaya gugur di medan laga.
Pada saat bersamaan, di beberapa titik tengah kota, pertempuran serupa juga terjadi. Seperti ditulis di banyak buku sejarah, pertempuran hebat terjadi pada 10 Nopember 1945. Sejarah Indonesia bahkan dunia mencatat, ini salah satu kontak bersenjata terbesar yang pernah ada.
Karena alasan inilah Parade Surabaya Juang (PSJ) 2016 kembali digelar. Selain membawa pesan pentingnya mengingat sejarah perjuangan Surabaya 1945, PSJ juga diharap jadi momentum untuk membangun kesadaran pentingnya persatuan dan kesatuan untuk mengisi kemerdekaan.
PSJ yang digelar Minggu (6/11/2016) di sepanjang Jl Pahlawan hingga Taman Bungkul, Surabaya, merupakan agenda tahunan Pemerintah Kota Surabaya bersama Komunitas Roodebrug Soerabaia. Selain diikuti komunitas pecinta sejarah dan pegiat seni budaya, PSJ juga diikuti Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, sejumlah veteran, Taruna AAL, pawai panser, pawai baju adat dari seluruh Indonesia, komunitas sepeda onthel dan lain sebagainya.
Parade dimulai pada pukul 08.00 WiB, dari Jl Pahlawan, dan berakhir di Taman Bungkul. Di sepanjang rute parade, digelar rekonstruksi pertempuran seperti di Jl Pahlawan yang mengusung Pertempuran 10 Nopember, Jl Tunjungan dengan Teatrikal Perang Madun dan Perang Benteng Kedung Coek, dilanjut upacara bersama Walikota dan para veteran.
Di Monumen Bambu Runcing, digelar aksi Teatrikal Pidato Bung Tomo dan Perang Surabaya. Lalu di Jl Polisi Istimewa tentang Teatrikal Penurunan Bendera Jepang dan Pengibaran Bendera Merah Putih, dan terakhir di Taman Bungkul, diwarnai dengan Pidato Bung Tomo yang melibatkan seluruh peserta Parade Juang 2016.
naskah dan foto : pandu pratama
FOTO SELENGKAPNYA KLIK GALLERY