Menko Maritim, Luhut Pandjaitan mengunjungi wilayah Karangasem untuk melihat situasi terakhir Gunung Agung dan mengunjungi penduduk terdampak di penampungan pengungsi. Di depan wartawan Luhut mengatakan, ia datang untuk melihat situasi terakhir. Karena tanggal 11-13 Oktober panitia IMF-World Bank akan mengadakan rapat di Washington.
“Dan kami akan update mereka tentang situasi ini,” ujarnya saat berkunjung ke Posko Utama Satgas Siaga Darurat, di Dermaga Cruise Tanah Ampo, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Ditanya apakah pemerintah sudah mempersiapkan lokasi cadangan jika situasi memburuk, Menko Luhut menjawab hal itu sudah dibicarakan. “Saya sudah berbicara dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tentang hal ini. Rencana kontingensi itu harus ada. Kita tunggu sekitar dua minggu ke depan sambil berdoa semoga keadaan ini membaik,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut Menko Luhut menyampaikan sumbangan sebesar Rp 900 juta rupiah dari panitia.
Dari kantor Satgas Tanah Ampo, Menko Maritim mengunjungi pengungsi yang menghuni tenda- tenda di Lapangan Karangagung, Ulakan. Di sana Menko Luhut berdialog dengan pengungsi tentang keadaan mereka. Lalu Menko berkunjung melihat keadaan dan menyapa pengungsi di GOR Sweca Pura di Kabupaten Klungkung.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mencatat 49.485 menetap di enam desa yang berada di kawasan rawan bencana Gunung Agung.
Sejak diberlakukannya status Awas pada tanggal 22 September 2017 pihak berwenang mengimbau wisatawan dan penduduk setempat agar tidak berkemah atau melakukan pendakian dalam radius sembilan kilometer dari kawah gunung Agung.
Dalam sebulan terakhir gunung Agung menunjukkan aktivitas kegempaannya yang terbesar setelah terakhir kali meletus tahun 1963 dan menewaskan 1.148 orang.
Menko Luhut mengatakan ia mendapat berita yang bahwa situasi bisa beranjak membaik. “Tadi saya diberitahu oleh posko bahwa situasi sekarang agak membaik. Semoga akan semakin baik lagi,” kata Menko Luhut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) letusan Gunung Agung pada 1963 berselang 120 tahun dari letusan sebelumnya.
PVMBG tidak dapat memprediksi perkiraan waktu letusan maupun penurunan aktivitas Gunung Agung. Gunung Agung tidak dapat dibandingkan dengan gunung berapi lain, seperti Sinabung di Sumatera Utara yang dalam lima tahun terakhir ini masuk level awas. (sp/doni wb/foto : dok)