Konsumsi terhadap produk berbahan plastik dan karet hilir terbilang cukup tinggi. Sektor-sektor manufaktur strategis, seperti industri kemasan untuk makanan dan kosmetika, elektronika, serta otomotif, kerap memanfaatkan bahan ini pendukung proses produksi. Ini yang jadi alasan, pengembangan industri di bidang ini layak dijadikan prioritas tersendiri.
“Pengembangan industri plastik dan karet di dalam negeri masih prospektif, mengingat industri ini merupakan sektor vital dengan ruang lingkup mulai dari hulu, antara hingga hilir, yang selalu dibutuhkan oleh industri lain dan memiliki variasi produk yang sangat luas,” kata Sekjen Kementerian Perindustrian, Haris Munandar mewakili Menteri Perindustrian pada Pembukaan Pameran Produk Industri Plastik dan Karet Hilir di Jakarta, Selasa (3/10).
Kemenperin mencatat, jumlah industri plastik di Tanah Air saat ini mencapai 925 perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk plastik dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 37.327 orang dengan total produksi hingga 4,68 juta ton per tahun. Sementara, permintaan produk plastik nasional sekitar 4,6 juta ton per tahun, meningkat lima persen dalam lima tahun terakhir.
“Dalam upaya peningkatan produktivitas industri plastik, kami terus mendorong untuk pemenuhan bahan bakunya. Saat ini, bahan baku plastik dalam negeri belum mampu mencukupi dari segi kuantitas maupun spesifikasi produk,” ungkap Haris.
Adapun langkah strategis yang telah dilakukan pemerintah guna memacu kinerja industri plastik lokal, antara lain fasilitasi pemberianbea masuk ditanggung pemerintah(BMDTP). Di samping itu, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), fasilitasi promosi dan investasi, penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), serta pengaturan tata niaga impor.
“Agar siap menghadapi persainganpada pasar bebas, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kemenperin pun mendorong industri plastik nasional mampu bersinergi dan terintegrasi melalui kerja sama dengan stakeholders terkait,” papar Haris.
Contoh sinergi yang perlu dilakukan, di antaranya penguatan penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) serta kebijakan yang mendukung peningkatan daya saing agar produk plastik domestik bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mampu bersaing di pasar internasional.
Peningkatan konsumsi karet
Sementara itu, Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi tiga juta ton per tahun. Produksi karet alam nasional masih dapat ditingkatkan, mengingat potensi lahan yang ada mencapai 3,5 juta hektare. ”Terlebih, industri didukung juga oleh program-program penelitian dan pengembangan yang dilakukan baik oleh Pemerintah, institusi pendidikan maupun pihak swasta,” ujar Haris.
Menurutnya, karet sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki peran cukup strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Apalagi, konsumsi karet alam yang saat ini berkisar 580 ribu ton per tahun, juga masih berpeluang untuk terus ditingkatkan.
Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan, antara lain dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi eskpor barang karet serta menciptakan cabang-cabang industri baru seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang dapat menyerap karet alam cukup banyak dan menghasilkan devisa nasional.
“Pemerintah memandang bahwa langkah-langkah untuk peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu segera dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam nasional, tutur Haris. Misalnya, kebijakan pembangunan tol laut, di mana pemerintah akan membangun 24 pelabuhan, antara lain deep sea port (pelabuhan laut dalam) di Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makasar dan Sorong.
“Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi industri karet penunjang pelabuhan seperti rubber dock fender, rubber floating fender, rubber bumper, dan sebagainya sehingga dapat lebih meningkatkan konsumsi karet alam dalam negeri,” ucap Haris.
Upaya peningkatan konsumsi karet alam di dalam negeri, juga perlu didukung dengan kemampuan industri nasional dalam penyerapan komoditi tersebut. Oleh karena itu, pemerintah bertekad mendorong pertumbuhan industri barang-barang karet dalam rangka merealisasikan program peningkatan konsumsi karet alam domestik.
Berdasarkan hal tersebut, Kemenperin telah melakukan upaya melalui kebijakan-kebijakan, di antaranya penguatan struktur industri barang-barang karet, memfasilitasi pemberian insentif untuk industri berteknologi tinggi maupun industri berorientasi ekspor; serta pengembangan kawasan industri.
Haris menambahkan, program peningkatan konsumsi karet alam lokal, perlu diiringi pula dengan program keberlanjutan dan pengembangan industri yang sudah ada. Contohnya, industri ban, sebagai industri yang menyerap 45 persen atau sekitar 270 ribu ton dari total konsumsi karet alam dalam negeri. Apalagi, produk ban dalam negeri merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia. Dari total produksi, 70 persen diperuntukkan bagi pasar ekspor dengan nilai mencapai USD1,5 miliar per tahun. (sp/dodo w)