La Nina dan El Nino adalah fenomena alam yang terjadi di Samudera Pasifik dan mempengaruhi iklim global. Perbedaan utama antara La Nina dan El Nino adalah pada sisi intensitas suhu air laut.
Selama El Nino, suhu air laut di Samudera Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya, sedangkan selama La Nina, suhu air laut di wilayah yang sama menjadi lebih dingin dari biasanya.
Perbedaan lainnya adalah dampak pada cuaca. El Nino cenderung menyebabkan peningkatan curah hujan di Amerika Selatan dan penurunan curah hujan di Australia dan Asia Tenggara, sedangkan La Nina cenderung menyebabkan peningkatan curah hujan di Australia dan Asia Tenggara dan penurunan curah hujan di Amerika Selatan.
Beberapa indikasi kejadian juga kerap menjadi rujukan fenomena alam ini.El Nino terjadi ketika suhu air laut di Samudera Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya, sedangkan La Nina terjadi ketika suhu air laut di wilayah yang sama menjadi lebih dingin dari biasanya.
Sementara dari sisi durasi, El Nino biasanya berlangsung selama 9-12 bulan, dan La Nina dapat berlangsung selama 1-3 tahun.
Dampak pada lingkungan, El Nino dapat menyebabkan kerusakan pada terumbu karang dan meningkatkan jumlah kebakaran hutan di Amerika Selatan, sedangkan La Nina dapat menyebabkan banjir dan longsor di Australia dan Asia Tenggara.
Kaduanya, baik La Nina maupun El Nino, berpeluang memberi berdampak serius pada Indonesia. La Nina dan El Nino dapat mempengaruhi pola curah hujan dan suhu di Indonesia, yang dapat memicu kejadian cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan gelombang panas.
Selama El Nino, Indonesia dapat mengalami musim kemarau yang lebih panjang dan kering, yang dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Sementara selama La Nina, Indonesia dapat mengalami curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, yang dapat memicu banjir dan longsor di wilayah yang rawan.
Dalam beberapa kasus, La Nina dan El Nino bahkan dapat memicu bencana alam yang lebih besar seperti tsunami dan gempa bumi.
Berdasar perhitungan dan inikator yang ada, per Maret 2023, Indonesia sedang menghadapi La Nina. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, La Nina telah terjadi sejak akhir 2021 dan diprediksi akan berlangsung hingga awal 2024.
Selama periode ini, Indonesia dapat mengalami curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, yang dapat memicu banjir dan longsor di wilayah yang rawan.
Lantas apa yang harus dilakukan?
Waspadai potensi bencana alam
Selama periode La Nina, Indonesia dapat mengalami curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, yang dapat memicu banjir dan longsor di wilayah yang rawan. Oleh karena itu, waspadalah terhadap peringatan dan rekomendasi dari BMKG dan otoritas setempat terkait potensi bencana alam. Pastikan juga untuk memantau perkembangan cuaca melalui saluran berita dan media sosial yang terpercaya.
Persiapkan diri dengan perlengkapan penting
Jika tinggal di daerah yang rawan banjir atau longsor, pastikan untuk memiliki perlengkapan penting seperti senter, peralatan medis, makanan, dan air minum yang cukup. Persiapkan juga pakaian yang sesuai dengan cuaca dan lingkungan sekitar.
Tingkatkan kewaspadaan di jalan raya
Selama curah hujan yang tinggi, jalan raya dapat menjadi licin dan berbahaya untuk dikendarai. Pastikan untuk mengemudi dengan hati-hati dan menghindari mengemudi di daerah yang terkena banjir atau longsor.
Berkontribusi pada upaya mitigasi bencana
Selain persiapan individu, penting untuk berkontribusi pada upaya mitigasi bencana di masyarakat setempat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dan bantuan kepada keluarga dan tetangga yang terdampak bencana, serta mendukung upaya-upaya pemulihan dan rekonstruksi setelah bencana terjadi.
Dengan memperhatikan dan mempersiapkan diri dengan baik, kita dapat menghadapi situasi La Nina dengan lebih baik dan mengurangi risiko terjadinya bencana alam yang serius.