Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus mencetak sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan profesional dalam upaya memenuhi kebutuhan dunia industri. Upaya ini diwujudkan melalui salah satu unit pendidikan vokasinya, Politeknik ATI Makassar yang pada tahun ini menghasilkan sebanyak 99 lulusan Diploma 1 (D1) Program Studi Teknik Kimia guna memasok permintaan PT Petrokimia Gresik.
“Agar produktivitas dan daya saing industri petrokimia kita semakin meningkat, yang perlu dilakukan antara lain adalah pembangunan kualitas SDM di sektor tersebut sesuai perkembangan sekarang di era industri 4.0,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar di Gresik, Sabtu (1/12).
Menurut Haris, program strategis untuk menyuplai tenaga kerja kompeten tersebut merupakan hasil kerja sama antara PT. Petrokimia Gresik dengan Pusdiklat Industri danPoliteknik ATI Makassar. “Kami berharap, program semacam ini dapat dilanjutkan dan ditingkatkan lagi. Selain itu bisa menjadi contoh untuk sektor lain dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil,” tuturnya.
Sekjen menegaskan, pihaknya tengah fokus membangun SDM industri yang kompeten sesuai program prioritas pemerintah saat ini dan wujud implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Beberapa upaya yang telah dilakukan Kemenperin, di antaranya menyelenggarakan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi yang link and match dengan industri.
“Saat ini, kami memiliki 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 10 Politeknik dan 2 Akademi Komunitas yang semua lulusannya terserap bekerja di industri,” ungkapnya. Kemenperin juga akan membangun Politeknik atau Akademi Komunitas di kawasan industri dan wilayah pusat pertumbuhan industri.
“Mulai tahun depan misalnya, kami akan memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Banten sebagai upaya memenuhi permintaan tenaga kerja di sektor industri petrokimia, yang setiap tahunnya dibutuhkan 500 orang tenaga kerja baru pada jenjang Diploma 3 (D3),” paparnya.
Di samping itu, Kemenperin menggulirkan program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri. Dalam program ini, Kemenperin telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK. Kegiatan ini akan terus digulirkan di berbagai wilayah Indonesia, untuk mendukung target dalam menciptakan satu juta tenaga kerja yang tersertfikasi pada tahun 2019.
Pada kesempatan tersebut, Sekjen mengapresiasi kepada PT Petrokimia Gresik yang telah terlibat dalam program vokasi yang diinisiasi oleh Kemeperin. Misalnya aktif melakukan pembinaan SMK di wilayah Jawa Timur dengan menerima program magang guru SMK selama satu bulan sebanyak 300 orang. Selain itu pelaksanaan program praktik kerja industri bagi siswa SMK selama enam bulan untuk 150 orang.
“Kami juga terus menyelenggarakan pelatihan dengan sistem 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja) untuk semua sektor industri. Pada tahun 2019, kami akan memberikan pelatihan 3 in 1 kepada 72.000 orang,” ujarnya. Kemenperin pun menyelenggaraan program sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja industri, sehingga mereka bisa kompetitif di pasar dalam maupun luar negeri.
Haris menyampaikan, sesuai penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah sedang fokus memberikan prioritas dalam pengembangan industri kimia agar siap menjadi pionir untuk memasuki era industri 4.0. “Jadi, seperti industri petrokimia yang merupakan sektor padat modal, padat teknologi dan lahap energi, yang pengembangannya perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Tujuannya supaya lebih berkontribusi bagi ekonomi dan berdaya saing di kancah global,” jelasnya.
Kemenperin mencatat, industri petrokimia sebagai bagian dari industri kimia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, antara lain tercermin sebagai penghasil devisa negara melalui nilai ekspor sebesar 1,12 miliar dollar AS sampai dengan triwulan III tahun 2018 atau naik 4,46 persen dibanding capaian tahun 2017. Sektor ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 554,5 ribu orang.
“Industri petrokimia memiliki peranan strategis dalam proses industrialisasi karena industri ini sebagai salah satu sektor hulu yang menyediakan bahan baku untuk banyak sektor hilir sehingga keberlanjutan pembangunan industri petrokimia sangat penting bagi aktivitas perekonomian,” ujar Haris.
Penuhi SDM industri logistik
Sebelumnya, Sekjen Kemenperin mengemukakan, pihaknya siap mensuplai kebutuhan SDM siap kerja untuk industri logistik. Apalagi, sektor logistik dinilai berperan penting menunjang peningkatan daya saing sektor manufaktur nasional.
“Untuk itu, melalui Politeknik APP Jakarta, kami segera melakukan redesain kurikulum di bidang industri logistik guna menghasilkan SDM yang kompeten sesuai kebutuhan di era industri 4.0,” ungkap Haris. Kurikulum yang diperlukan, seperti program terapan yang terkait dengan pemanfaatan teknologi terkini untuk mendukung efisiensi di sektor industri logistik.
“Kita ketahui, teknologi industri 4.0 di antaranya berbasis pada artificial intelligent, internet of things, wearable (augmented reality atau virtual reality), advance robotic dan 3D Printing. Teknologi digital ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas agar industri nasional mempunyai daya saing di pasar domestik maupun global,” paparnya.
Guna mendukung hal tersebut, Kemenperin akan membangun pusat riset dan pengembangan SDM industri 4.0 pada tahun 2019 untuk pengembangan teknologi smart manufacturing. Program yang bakal dilakukan, di antaranya pengembangan cyber physical factory, machining and robotic center, process automation center, simulation center and additive manufacturing, serta metrology center.
“Pusat riset dan pengembangan SDM ini akan dimanfaatkan antara lain untuk kegiatan pengembangan teknologi, penelitian dan pengembangan di bidang proses produksi, optimalisasi sistem kerja dan sistem produksi, serta peningkatan kapasitas pengetahuan dan keterampilan SDM melalui program pelatihan produktivitas,” sebutnya.
Sementara itu, Direktur Politeknik APP Jakarta Ahmad Wimbo Helvianto menuturkan, Politeknik APP pada tahun ini mewisuda sebanyak 473 lulusan, meliputi 428 orang lulusan program regular (D3), 20 orang lulusan Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) dan 25 orang lulusan program D1. Lebih dari 54 persen lulusan telah diterima bekerja, dan sisanya dalam proses penyaluran ke berbagai industri.
“Tahun ini, kami meluluskan mahasiswa dari tiga program studi baru, yaitu Manajemen Logistik Industri, Elektronika, dan Perdagangan. Di samping itu, Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama ( LSP P-1) Politeknik APP telah mensertifikasi 4 skema kompetensi di bidang Manajemen Logistik, Manajemen Pemasaran dan Perdagangan Internasional sebanyak 189 orang.
Mereka terdiri dari Penyelia Logistik bidang Perencanaan Produksi 41 orang, Freight Forwarder 54 orang dan Tenaga Pemasar Operasional Penjualan 56 orang, serta Tenaga Pemasar Operasional Layanan 38 orang. Selama periode tahun 2018 Politeknik APP telah mendapatkan akreditasi ISO 9001 : 2015 dari The British Standards Institution (BSI). (sp/rizky dwi putra | foto : istimewa)