Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) tahun ini, makin terbuka untuk partisipan dari kelompok usia mana saja. Termasuk mereka yang belum terlalu lama menuang ide cemerlang di hamparan kanvas atau kertas. Lihat saja sosok Wahyu Sigit Priyo Utomo atau yang akrab dikenal dengan nama Wahyu Sigit Crueng.
Meski belum terlalu lama, karya-karya perupa dengan latar belakang pendidikan Desain Interior, ISI Yogyakarta ini terbilang cukup mencuri perhatian. Dengan mengandalkan kepekaan dan skill desain yang dimiliki, Wahyu menuang kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dalam bingkai-bingkai karyanya.
“Saya memilih cat air untuk melukis,” katanya sambil tersenyum. Diakui, medium ini nyaris tersisih di dunia seni rupa. Orang, lanjutnya, lebih sering melukis dengan akrilik dan cat minyak. “Karena cat air dianggap medium pemula dan wilayah anak sekolah,” candanya.
Cat air, kata Wahyu, tetap layak dijakikan rujukan dalam membuat fine art. Dan bukan semata jatah siswa sekolah. “Cat air tersisih karena dianggap murahan. Padahal kalau tau jenis-jenisnya, ada yang berharga tinggi. Bisa dilihat, cat air menyediakan seri untuk study, ada juga untuk artist,” terang pria yang kini aktif menerjuni bisnis desain interior ini.
Dalam berkarya, Wahyu mengaku sangat dipengaruhi tradisi yang dibawa dalam arsitektur. Ada permainan perspektif yang kuat di tiap karya impresionisnya. “Jika ini dianggap kelebihan, ya itu tanpa sengaja. Saya berkarya mengalir saja,” candanya.
naskah dan foto : hendro d. laksono