Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi digital karena dari jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, sekitar 93,4 juta orang di antaranya adalah pengguna internet. Peluang ini perlu direspons cepat oleh pelaku usaha nasional khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM) untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan pendapatan.
“Sebagai sektor mayoritas dari populasi industri di Indonesia, IKM berperan penting menjadi pendorong bagi pemerataan kesejahteraan masyarakat dan juga merupakan tulang punggung pada perekonomian negara,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Workshop e-Smart IKM di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (25/9).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Direktorat Jenderal IKM Kementerian Perindustrian, jumlah IKM lokal diperkirakan mencapai 4,4 juta unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 10,1 juta orang pada tahun 2016. Oleh karena itu, salah satu program prioritas Kemenperin adalah pengembangan IKM dengan platform digital melalui e-Smart IKM.
“e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada. Tujuannya untuk semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing,” papar Menperin.
Selanjutnya, program yang diinisiasi dan telah diluncurkan oleh Kemenperin sejak Januari 2017 ini akan juga meningkatkan akses bahan baku, teknologi, dan modal serta memberikan panduan bagi pengambil kebijakan di dalam fungsi program pembinaan IKM yang lebih terintegrasi dan tepat sasaran.
Menteri Airlangga berharap, melalui e-Smart IKM, produk-produk asli Indonesia yang berkualitas bisa membanjiri pasar perdagangan elektronik atau e-Commerce di dalam negeri maupun global. “Apalagi, saat ini sedang terjadi tren peralihan transaksi dari pasar offline ke pasar online,” ujarnya.
Merujuk data dari lembaga kajian ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, nilai perdagangan elektronik di dalam negeri pada 2016 mencapai USD24,6 miliar atau setara Rp319,8 triliun (dengan asumsi kurs sebesar Rp13.000 per dolar AS). Potensi ini bisa membuat Indonesia menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Sementara itu, kajian yang dilakukan oleh Google dan Temasek juga menunjukkan tren serupa, bahwa pasar online di Asia Tenggara diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 32 persen per tahun selama 10 tahun ke depan dan akan mencapai angka transaksi sebesar USD88 miliar pada tahun 2025.
“Dari data tersebut, Indonesia diprediksi memegang peranan signifikan dengan penguasaan sekitar 52 persen pasar e-commerce di Asia Tenggara, di mana nilai transaksi akan mencapai USD46 miliar pada tahun 2025,” tutur Airlangga.
Sedangkan, penelitian Deloitte Access Economics menyatakan bahwa Indonesia bisa menjadi negara berpenghasilan menengah pada tahun 2025 apabila bisa menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen per tahun. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan cara mendorong keterlibatan sektor IKM pada penggunaan teknologi digital.
“Dengan menggunakan teknologi digital untuk mempromosikan produknya secara online, para pelaku IKM juga diyakini dapat memperoleh keuntungan yang lebih signifikan hingga 80 persen dan menjadi 17 kali lebih inovatif,” ungkapnya.
Dalam pengembangan tnknologi digital di sektor industri, pemerintah Indonesia dan Singapura telah sepakat bersinergi pada tahun depan untuk memasarkan lebih luas terhadap komoditi yang paling laris dan banyak dipasarkan melalui online, seperti makanan dan minuman.
“Kami akan kembangkan inovasi center dan safety food, misalnya inovasi kemasan dan daya tahan. Sehingga memiliki standar produk yang sama agar bisa dikirim ke pasar ASEAN dan lainnya. Jadi, kami mendorong ini tidak hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga IKM,” papar Airlangga.
Target 10 Ribu
Oleh karena itu, Kemenperin terus aktif mengajak para pelaku IKM lokal untuk memanfaatkan program e-Smart IKM. Pada akhir tahun 2019, ditargetkan sebanyak 10 ribu IKM telah mengikuti workshop e-Smart IKM dengan jumlah 30 ribu produk yang dapat diakses konsumen melalui marketplace.
“Kegiatan tersebut guna meningkatkan kapasitas pelaku IKM dalam negeri di bidang internet marketing. Hingga saat ini, lebih dari 800 IKM dari berbagai daerah telah mengikuti Workshop e-Smart IKM baik yang diselenggaraan oleh pusat ataupun dekonsentrasi,” kata Menperin.
Penyelenggaraan workshop ini tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Bandung, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen, Solo, Cirebon, Jepara, Bogor, Sidoarjo, Tasikmalaya, Sukoharjo, Yogyakarta, Tegal, Bogor, Tangerang, Medan, Padang, Palembang, Lampung, Balikpapan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kepulauan Riau, Gorontalo, Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Jambi dan Riau.
“Sektor usaha IKM yang telah terlibat, mulai dari penghasil produk makanan dan minuman, furniture, logam, fesyen, kosmetik, herbal, perhiasan, Industri kreatif sampai dengan kerajinan,” sebut Airlangga. Workshop yang dilaksanakan selama dua hari ini, para peserta mendapatkan bimbingan oleh tenaga ahli dari marketplace lokal mengenai fotografi produk dan langkah-langkah melakukan transaksi penjualan secara online.
Selain itu, peserta dibekali pengetahuan untuk peningkatan daya saing dan produktivitas usahanya. Materi tersebut berupa informasi mengenai kredit usaha rakyat, restrukturisasi mesin dan peralatan, standarisasi produk, serta pengetahuan-pengetahuan mengenai pengembangan produk dan strategi penetapan harga. Dalam pelaksanaan workshop e-Smart IKM, Kemenperin menggandeng marketplace lokal seperti bukalapak.com dan Blanja.com.
Workshop e-Smart IKM yang dilaksanakan pada 25-26 September 2017 di Sidoarjo, melibatkan sebanyak 125 pelaku IKM dari sektor makanan dan minuman, furniture, logam, serta fesyen. Sebelumnya, workshop dilaksanakan di Bandar Lampung, diikuti sekitar 30 pelaku IKM dari sektor pangan. Sementara itu, workshop serupa diadakan di Palembang, melibatkan 40 pelaku IKM dari sektor sandang dan kerajinan sebagai peserta.
Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih meyampaikan, semakin banyaknya platform yang mendukung ekonomi digital, semestinya pelaku IKM nasional segera memanfaatkan peluang tersebut untuk menjangkau konsumen semakin besar. “Ponsel yang digunakan untuk telepon, sms, whatsapp dan medsos harusnya bisa dimanfaatkan untuk jual produk. Dengan adanya marketplace, IKM punya wadah lain untuk promosi dan jualan,” jelasnya.
Di samping itu, menurut Gati, pelaku IKM harus memiliki strategi baru untuk memasarkan produk dengan efektif sekaligus rendah biaya. “Kami telah memfasilitasi akses pembiayaannya melalui KUR, meningkatkan keterampilan pemilik IKM melalui berbagai pelatihan teknis dan pendampingan Tenaga Penyuluh Lapangan,” ungkapnya.
Dalam aspek pemasaran, pelaku IKM dalam negeri juga telah diberi kesempatan untuk mempromosikan produknya lewat beragam kegiatan pameran di Plasa Pameran Industri, Gedung Kemenperin, Jakarta. “Jika produknya diminati masyarakat, IKM tersebut bisa ‘naik kelas’ ke pameran nasional dan produk terunggul, bahkan diberikan kesempatan untuk merangkul konsumen internasional melalui pameran di luar negeri,” tutur Gati.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyambut baik pelaksanaan worskhop e-Smart IKM yang diselenggarakan oleh Kemenperin. Bahkan program tersebut dapat dikolaborasi dengan program serupa yang telah dimiliki oleh Pemprov Jatim. “IKM di Jatim sebanyak 6,8 juta unit usaha, yang terstandardisasi untuk ekspor sebanyak 1600 produk,” ungkapnya.
Pada penyelenggaraan workshop e-Smart IKM di Sidoarjo, juga dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Kemenperin dengan Universitas Nahdhatul Ulama dan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya tentang Penumbuhan Wirausaha Baru Industri Persepatuan. (sp/haryanto ws)