Sebuah motor diparkir di depan bekas Wisma Barbara, salah satu wisma terbesar dan terpopuler di lokalisasi Gang Dolly, Surabaya. Suasana nampak lengang, karena wisma dibiarkan kosong dan tak berfungsi. Barbara, dan puluhan wisma lain, memang tak lagi beraktifitas sejak penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara ini pada 18 Juni 2014 silam.
Sumber indonesiaimages.net di tempat ini mengatakan, sejak penutupan lokalisasi, Dolly langsung sepi. Banyak oranng yang sebelumnya menggantungkan hidup dari tempat ini memilih hengkang, atau sekadar banting setir.
“Lokalisasi Dolly tak hanya surga prostitusi. Tapi juga pedagang makanan, laundry, tukang parkir, bahkan tukang jahit,” kata pria setengah baya yang enggan menyebut namanya ini.
Imaji Dolly, kemudian masuk di fase baru. Tepatnya saat komunitas Surabaya Creative Network (SCN), Gerakan Melukis Harapan (GMH), bersama sejumlah perupa dan pemuda kreatif turun tangan menyulap kawasan Dolly. Mereka bahu membahu mewarnai dinding wisma di Dolly.
Hasilnya, kawasan Dolly mulai berubah. Beberapa warga yang datang saat proses pembuatan mural, bahkan beberapa hari sesudahnya, mengaku senang dengan keberadaan Dolly. “Bisa selfie bareng kawan-kawan,” kata Tata, 17 tahun, warga Surabaya.
Dolly yang dulu dikenal sebagai kawasan prostitusi ternama, kini menjelma menjadi Mudo, Mural Dolly. Eksistensinya sebagai kampung wisata kreatif bahkan sudah diresmikan oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Jadi, ‘Selamat Datang di Dolly’.
FOTO SELENGKAPNYA KLIK GALLERY