Berdiri di salah satu kawasan kota tua di Surabaya, gedung yang memiliki arsitektur khas Belanda ini sangat menarik perhatian masyarakat yang melewatinya. Tepat di Jl Garuda 1, Surabaya, gedung megah ini didirikan oleh pemerintah Belanda. Arsitekturnya yang sangat klasik dan elegant seolah memanggil setiap orang yang melewatinya untuk mengunjungi gedung ini.
Berbeda dengan tampak luarnya yang begitu menarik dan megah, ketika mulai masuk ke dalam suasana seram yang menyambut. Apalagi ruang pertama yang dimasuki adalah ruang bawah tanah.
Gedung megah ini adalah De Javasche Bank. Gedung ini dibangunpada tahun 1829. Pada jaman Belanda, gedung ini difungsikan sebagai pengontrol perekonomian di Indonesia. Gedung ini sempat dikuasai Jepang pada tahun 1942. Kemudian De Javasche Bank berubah nama menjadi Bank Indonesia sejak tanggal 1 Juli 1953. Pada tahun 1973 Bank Indonesia di Surabaya berpindah ke gedung BI di Jl Pahlawan 105, Surabaya.
Pada tahun 2012, gedung De Javasche Bank masuk dalam daftar cagar budaya Surabaya. Meski kepemilikannya masih atas nama Bank Indonesia (BI), gedung ini difungsikan untuk museum dan ruang pameran.
Bangunan tua ini masih sangat kokoh, karena sempat direnovasi di beberapa tempat. Namun renovasi ini sama sekali tidak mengubah arsitektur dari Belanda. Barang-barang bersejarah di dalam gedung ini juga masih ada dan terawat, namun sayangnya ada beberapa bagian yang sudah tidak utuh.
“Masih ada semua alat yang digunakan untuk mengambil uang pada jaman Belanda, namun ada beberapa bagian yang hilang, jadinya tidak utuh seperti dahulu,” tutur Risky Jayanto, salah satu staf di gedung De Javasche Bank.
Selain menyimpan banyak benda bersejarah, di gedung ini juga terdapat CCTV yang dibuat oleh Belanda. Keunikan dari CCTV ini adalah menggunakan cermin. Cermin-cermin berukuran besar, yang tingginya melebihi tinggi laki-laki dewasa ini digunakan pemerintah Belanda sebagai alat pengawas mereka.
Cermin ini diletakkan di enam sudut mengelilingi dua buah ruangan yang digunakan untuk menyimpan uang dan emas batangan. Selain memiliki CCTV yang unik, gedung ini juga memiliki pintu yang berukuran sangat besar, dan terbuat dari baja.
Di ruangan pertama kita seperti dibawa masuk ke sebuah penjara. Karena yang pertama kita lihat adalah trali besi berwarna kuning yang digunakan sebagai pembatas. Pembatas ini sengaja dibuat Belanda, untuk mengamankan uang-uang kertas yang ada.
Tempat penyimpanan uang pada jaman Belanda tidak dimasukkan ke dalam lemari yang diberi kata sandi, namun hanya diletakkan di dalam almari kotak yang menyerupai loker tanpa pintu.
Di bagian belakang dari tempat penyimpanan uang terdapat sebuah kotak brankas yang diletakkan masuk ke dalam tembok dan ditutup oleh pintu besi. Uniknya, hingga sekarang brankas ini tidak pernah dibuka sama sekali sejak ditinggal oleh pemerintah kolonial. Pihak pengelola pun sengaja tidak membongkar untuk menjaga nilai sejarahnya. Namun sekarang ruangan ini difungsikan sebagai ruang pameran beragam uang dari negara Belanda, Jepang dan tentunya Indonesia.
Berbeda dengan ruangan pertama, ruangan kedua ini dipergunakan untuk menyimpan emas batangan. Nuansa di ruangan ini sangatlah kental dengan suasana mistis dan seram. Ruangan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan emas, dan sekarang difungsikan sebagai tempat pameran beberapa batang emas, genting dan ubin yang digunakan Gedung De Javasche Bank sebelum di renovasi.
Tidak hanya itu saja, di sini juga terdapat sebuah botol minuman terbuat dari tanah liat yang digunakan para penjaga Belanda. Konon, saat botol ini ditemukan kali pertama baunya amis seperti bau darah. Katanya pula, hingga sekarang masih tercium bau-bau amis yang keluar dari botol ini.
Meninggalkan ruangan kedua, mulai beranjak memasuki ruang ketiga dari galeri pameran gedung De Javasche Bank. Di ruangan ini menyimpan beberapa alat untuk mengontrol keuangan negara, dan juga terdapat kursi malas yang terbuat dari kayu dan anyaman bambu, dan terdapat dua balok kayu yang bisa dilipat.
Kayu lipat ini digunakan untuk meletakkan kaki para penguasa pemerintah Belanda. Selain memiliki tiga ruang galeri, gedung ini juga masih menyimpan mesin penanda uang palsu yang disebut mesin pond, mesin penghancur uang yang diberi nama mesin CVCS, mesin untuk membendel uang, dan mesin untuk menghitung uang dengan kemampuan menghitung 30 ribu lembar perjam dan 45 ribu lembar perjam, serta mesin clearing yang berfungsi untuk mentransfer uang antar bank dalam bentuk cek kemudian di cairkan.
Memasuki lantai dua dari gedung ini, kita disuguhkan dengan ruangan luas yang kosong, tetapi di sisi kirinya terdapat bilik-bilik. Konon, bilik ini digunakan sebagai teller.
Selain itu, terdapat pintu besi yang didesain berputar sebagai pintu masuk utama De Javasche Bank pada jaman Belanda, dan juga terdapat plafon yang kacanya terbuat dari kaca patri yang juga baik untuk kesehatan karena mampu memberikan vitamin D bagi tubuh. Pada lantai paling atas di gedung ini terdapat lemari menyerupai loker besar yang dahulu difungsikan sebagai penyimpanan arsip. (marchellina, aprilita sari)