Dalam rangka memeriahkan peringatan 1 Abad NU, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Yayasan Eyelink Foundation, UNUSA, KOMATDA, IDI, PERDAMI, menginisiasi bakti sosial kesehatan mata berupa operasi katarak dan berbagi kacamata secara gratis, yang akan digelar di Pulau Bawean. Kegiatan ini juga merupakan dukungan mewujudkan komitmen “Indonesia Bebas Kebutaan”.
Untuk itu, Gubernur Khofifah bersama Pembina Yayasan Eyelink Foundation dr. Uyik Unari, SpM (K), Pimpinan Yayasan RSI Surabaya Prof. M. Nuh, serta Ketua Panitia penyelenggaran 1 Abad NU H. Ahmad Muhdlor melakukan Kesepakatan Bersama untuk menyelenggarakan baksi sosial kesehatan mata bertajuk ‘Membuka Lentera Bawean’, bertempat di Tower RSI A. Yani, Sabtu (4/2).
Selain Eyelink Foundation, sejumlah lembaga juga terlibat dalam baksos kesehatan mata ini, antara lain Yarsis, Unusa, dan Dinas Kesehatan Jatim. Selain itu juga melibatkan Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Jatim, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim, Komite Mata Daerah (Komatda) dan Arsinu.
Dalam sambutannya, Gubernur Khofifah berharap gerakan bakti sosial Kesehatan Mata ini dapat menjadi Sinar Kehidupan bagi masyarakat untuk membaca dunia. Sebab, mata adalah salah satu organ penting bagi kehidupan manusia yang berfungsi untuk berinteraksi secara sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
“Kegiatan ini mengajak kita untuk memberikan sinar kehidupan bagi masyarakat untuk melihat dunia melalui membaca dan melihat dengan lebih baik lagi,” terangnya.
Tidak hanya itu, gubernur Khofifah yang juga Ketua PBNU ini mengatakan, momentum peringatan satu abad NU ini juga diyakini sebagai take off NU menuju abad kedua melalui peningkatan daya saing berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Untuk itu, secara khusus Khofifah juga mengapresiasi langkah Unusa bersama RSI Surabaya dalam memperkuat layanan pendidikan dan kesehatan. Menurutnya upaya tersebut akan menyatu dalam memberikan layanan terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemanfaatan bagi masyarakat di Jawa Timur.
“Human Development Indeks harus kita siapkan dengan baik dan lebih baik lagi dimasa mendatang. Apa yang telah diinisasi hari ini semoga berseiring dengan ridho dan barokah Allah SWT,” kata Khofifah.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Yarsis sekaligus Ketua Komatda Jatim Prof. M. Nuh Dea mengatakan, bahwa dalam menyambut 1 Abad NU para generasi penerus NU ingin memberikan manfaat dan memberikan dedikasi tinggi bagi masyarakat, bahwa NU memiliki kepedulian terhadap persoalan sosial kemasyarakatan.
Kegiatan ini diyakini memberikan nilai manfaat sosial yang tinggi mengatasi kebutaan dan memberikan manfaat agar masyarakat bisa kembali membaca hingga mengaji Al Qura’an. MoU yang ditandatangani itu tidak hanya untuk Bawean, Gresik, tapi akan dilakukan di daerah lain di Jatim.
“Yarsis bersama rumah sakitnya dan Unusa akan mensuport kegiatan dalam kegiatan ‘Indonesia Bebas Kebutaan’ yang diinisiasi oleh Eyelink Foundation. Unusa akan menerjunkan mahasiswa perawat dan para dokter muda dan dosen sebagai bagian dari proses pembelajaran,” katanya.
“Terima kasih Ibu Gubernur Khofifah yang mendukung penuh saudara kita untuk kembali bisa membaca dan mengaji Al Qur’an. Baksos kesehatan mata ini akan membangun Living Monument bagi saudara kita sehingga nantinya masyarakat kita bisa kembali membaca dan mengaji Al Qur’an,” lanjutnya.
Ditempat yang sama, Pembina Eyelink Foundation dr. Uyik Unari, SpM (K) menyebutkan, dari hasil pemeriksaan dan skrining awal pihak Eyelink Foundation pada 24 -26 November 2022, terdapat 296 orang menderita Katarak dan 90 orang menderita Pterygium dari 900 warga yang diperiksa. Ratusan pasien ini adalah jumlah pasien yang akan mendapatkan operasi katarak & Pterygium gratis selama 1 pekan (6-11 Februari).
“Para pasien ini membutuhkan tindakan operasi katarak dan Pterygium segera, agar penglihatannya kembali jelas dan lebih produktif,” katanya.
Diungkapkan dr. Uyik Unari, selain gangguan penglihatan katarak dan Pterygiium, ada pula pemeriksaan pada 900 siswa dan hasilnya 135 diantaranya menderita kelainan refraksi sehingga membutuhkan kacamata untuk mengoreksi penglihatannya. Ia menyebutkan, Eyelink Foundation melibatkan 4 Dokter Mata & 40 tenaga medis yang terlibat dalam baksos ini.