Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang tumbuh menjadi ‘Kota Minyak’, tetap menyimpan kearifan lokalnya.
Tak hanya di sisi budaya dan wisata, tapi juga kehidupan sehari-hari anak desanya. Seperti pagi itu, nampak tiga anak mengayuh sepeda menembus jalanan yang lengang.
Sementara di kawasan lain, anak-anak asyik bermain bola di lahan luas yang berdekatan dengan sawah dan pohon besar.
Meski di beberapa kawasan, seperti di dekat Terminal Rajekwesi, beberapa bangunan komersial baru, di antaranya hotel bintang tiga, berdiri menjulang layaknya aksesoris kota besar.
Begitu juga sentra hiburan seperti pusat belanja, arena bermain, cafe, resto, dan yang lainnya.
Pertumbuhan kawasan ini mengiringi potensi tambang minyak bumi dan gas alam. Seperti ditulis di bojonegorokab.go.id, potensi migas Kabupaten Bojonegoro diperkiraan memiliki cadangan minyak 600 juta hingga 1,4 milyar barel dan cadangan gas sekitar 1,7 hingga 2 triliun kaki kubik. Angka ini merupakan jumlah perkiraan terbesar di Indonesia.
Kini, eksplorasi kawasan tambang yang berlokasi di Blok Cepu sudah dilakukan Exxon Mobil. Sementara JOB PPEJ atau Petrochina – Pertamina mengelola lapangan Sukowati dengan produksi rata-rata 3 juta barel per tahun.
Juga lapangan Tiung biru yang masih dalam tahap eksplorasi oleh Pertamina EP dengan potensi gas yang diduga cukup besar dan mampu memberikan tambahan produksi gas 250 juta kaki kubik per hari.
Apapun, masyarakat kabupaten yang populer dengan legenda Anglingdarma ini tetap hidup dalam kesederhanaan. Tak berbeda dengan suasana 20 tahun lalu.
Dimana usai bermain, anak-anaknya tetap berjalan kaki menuju rumah. Bercanda, tertawa, seperti yang sudah-sudah. (naskah : hendro d. laksono | foto : tiara aydin sava)